Teruntuk Muslimah: Jangan Ragu Mendatangi Majelis Ilmu
Ketika wanita Indonesia mengenal Kartini sebagai tokoh pendidikan wanita, jauh sebelumnya Islam telah memiliki tokoh-tokoh besar di bidang pendidikan. Ketika peradaban lain masih menganggap wanita sebagai makhluk kelas dua, Islam telah menyamakan kedudukan pria dan wanita dalam hal pendidikan.
Rasulullah bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam hal ini, para ulama menegaskan, bahwa kata muslim dalam hadits di atas mencakup muslim dan muslimah. Ibnul Jauzy berkata, “Perempuan adalah seorang yang mukallaf seperti laki-laki, maka wajib baginya untuk menuntut ilmu tentang perkara-perkara yang diwajibkan atasnya, agar ia menunaikan ibadah tersebut di atas keyakinan.”
Muslimah zaman salaf selalu bersemangat dan antusias terhadap ilmu dan tak segan bertanya kepada ahlinya. Mereka sangat haus ilmu apalagi mereka melihat kaum lelaki mendominasi sebagian besar waktu Nabi. Karenanya mereka meminta waktu khusus dari Nabi untuk dapat mendengarkan nasihat dan pelajaran.
Para muslimah betul-betul merasakan betapa pentingnya ilmu dan menjadi kebutuhan mendesak memperdalam ilmu agama, sampai salah seorang dari mereka datang meminta fatwa kepada Nabi dan meminta beliau menyediakan waktu khusus.
Baca Juga: Buat Para Wanita: Awas Bidadari Marah Padamu
Abu Said al-Khudri menuturkan bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah untuk mengadu. “Kaum laki-laki telah mengalahkan kami maka berikanlah kami satu hari dari waktumu.” Beliau kemudian menjanjikan satu hari utnuk melakukan pertemuan bersama mereka guna memberikan nasihat dan perintah kepada mereka. Dan di antara pelajaran yang beliau sampaikan kepada mereka adalah, “Tidaklah seorang wanita ditinggal mati oleh tiga anaknya melainkan itu menjadi hijab baginya dari api neraka.” Seorang wanita bertanya, “Bagaimana bila dua anak?” Beliau bersabda, “Dua anak juga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits riwayat muslim, Rasulullah memuji muslimah Anshar. Aisyah menuturkan, “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, mereka tidak merasa malu dalam mendalami ilmu agama.”
Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslimah
Al-Hafidz adz-Dzahabi menggambarkan sosok Aisyah, “Aisyah banyak menimba ilmu yang bermanfaat dan penuh berkah dari Nabi Muhammad, ayahnya, Umar, Fatimah, Saad, Hamzah, Ibnu Amru al-Aslami dan Hadamah bin Wahab.”
Urwah bin Zubair berkata, “aku tidak menemukan orang yang lebih memahami masalah fikih, pengobatan, dan syair melebihi Aisyah.”
Ummu Darda, seorang ahli fikih yang zuhud berkata, “Aku telah mencari jalan ibadah dalam segala sesuatu, namun tidak menemukan yang lebih kusenangi dari mendatangi majelis ilmu dan mudzkarah berasama para ulama.”
Hafshah binti Sirin membaca dan memahami al-Qur’an sejak berumur 12 tahun. Ketika ayahnya merasa kesulitan tentang al-Qur’an, dia berkata, “datanglah kepada Hafshah dan tanyakan kepadanya bagaimana membacanya.”
Ummu Darda termasuk istri luar biasa yang banyak mengambil ilmu dari suaminya, Abu Darda. selain itu, ia juga mengambil ilmu dari para sahabat yang ia temui seperti Salman al-Farisi, Kaab bin Ashim al-Asyari, Aisyah, Abu Hurairah, dan lainnya. Sejak kecil ia telah menyetorkan bacaan al-Qur’annya kepada Abu Darda.
Fatimah, cucu Sultan Shalahuddin al-Ayubi, dalam kitab Audatul Hijab karya Muhammad Ismail, juga diceritakan sebagai seorang yang banyak mempelajari fikih dan hadits sehingga sangat masyhur di masanya.
Masih banyak lagi ulama-ulama wanita dengan keilmua yang mumpuni. Bahkan sebagian dari mereka menjadi guru bagi ulama-ulama besar seperti Imam As-Syafii, Imam Bukhari, dan Ibanu Hiban.
Jangan Ragu Mendatangi Majelis ilmu
Salah satu nikmat besar yang diberikan oleh Allah kepada kita saat ini adalah kemudahan untuk mendapatkan ilmu. Buku-buku banyak tersedia dengan cetakan yang bagus. Rekaman kajian dalam bentuk video maupun MP3 tersebar tak terhitung jumlahnya. Beragam kajian diselenggarakan di masjid-masjid, bahkan tak sedikit yang didukung dengan media online yang memungkinkan disimak dari rumah-rumah kaum muslimin. Tentunya sangat merugi bila kajian-kajian keilmuan, majelis dzikir dan aktivitas semacam itu diacuhkan begitu saja.
Para akhwat semestinya bisa menggunakan sarana yang tersedia dan forum-forum kajian untuk menambah bekal ilmu sehingga kelak tumbuh menjadi istri dan ibu yang menyejukkan bagi suaminya. Mengingat, mendidik anak dan sikap baik kepada suami merupakan hal terpenting yang wajib di ketahui oleh seorang muslimah.
Baca Juga: Kabar Gembira untuk Para Wanita
Kesediaan memanfaatkan waktu untuk menuntut ilmu merupakan nikmat yang tidak ada bandingannya dengan nikmat yang lainnya. Oleh karenanya para istri semestinya bisa mengajak serta suaminya untuk menghadiri majelis ilmu dan mengambil manfaat darinya. Dengan menghadiri majelis ilmu banyak manfaat yang bisa muslimah dapatkan. Para muslimah akan mendapat penjelasan yang lebih gamblang menyangkut masalah akidah, ibadah, maupun muamalah. Di sana para muslimah akan bertemu dengan muslimah yang lain sehingga akan terjalin ukhuwah dan persaudaraan diantara para muslimah. Dengan ukhuwah yang terjalin mereka bisa saling mengingatkan dalam ketaatan dan saling menghibur ketika ada muslimah yang sedang mengalami musibah.
Selain itu, menghadiri majelis ilmu di masjid memiiki manfaat lain yaitu meraih pahala berkumpul di rumah Allah untuk mengkaji kitab-Nya. Rasulullah bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat, akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.” (HR. Muslim, no. 2699).
Oleh: Ust. Muhtadawan Bahri/Wanita
Segera miliki majalah islam ar-risalah edisi terbaru di agen terdekat di kota Anda! atau hubungi kami di: 0852 2950 8085
Pingback: Majalah Islam Arrisalah|Majalah Muslim Arrisalah
Pingback: Majalah Islam Arrisalah|Majalah Muslim Arrisalah