Berita

Sistem Perbankan Syariah Dinilai Tak Didukung Politisi Muslim

Di antara salah satu alasan Menteri Keuangan Sri Muliani memberikan bailout kepada Bank Century karena dianggap sebagai bank gagal akibat kejatuhan Lehman Brothers dan porak-porandnya keuangan di Amerika.  Namun, menurut Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khathat, berarti hal itu secara prinsip, sistem yang dipakai pada dasarnya memang sudah bermasalah.
“Tapi kenapa ada yang setuju dengan bailout itu, ini masalahnya,” kata Al Khathatah, di sela diskusi yang bertajuk “Angket Century, SBY Jatuh?” di Wisma Intiland, Jl Sudirman, Jakarta, Rabu (16/12).
Dia mengaitkan kondisi kerakusan sosial  ini dengan kondisi yang ada di luar yang masih menerapkan sistem kapitalisme. Khatath menilai, meski di Indonesia sudah ada  perbankan syariah, namun penerapannya masih jauh dari ideal.
“Sebab ia masih menginduk pada sistem bank sentralnya yang ribawi. Harusnya semua sistem riba dihapuskan,” jelasnya.
Ikut menambakan Khatath,  politisi Partai Gerindra  Permadi, mengatakan,  semestinya bank-bank syariah yang ada memiliki bank sentral sendiri.
Hal senada juga disampaikan politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul.  Ruhut memberikan contoh riil dengan membahasakan sistem perbankan syariah yang telah marak diterapkan dan menjadi primadona di Inggris.
“Tapi maaf, di sini terbalik. Kami di sini (DPR) minoritas, kami hanya ada satu dua orang. Kita ngotot ingin bank syariah, yang Muslim aja nggak. Pening juga aku,” seloroh pengacara yang dikenal ceplas-ceplos ini.
Menurut Ruhut, daftar tunggu pembahasan masalah perbankan syariah di tingkat legislasi semakin hari kian melorot. Ini yang diakuinya membuatnya heran. “Saya heran kok daftar tunggunya kok makin melorot, maunya kan naik dong,” imbuhnya.
Pada forum itu Al Khathatah menyimpulkan, apa yang disampaikan Ruhut merupakan fakta bahwa partai-partai Islam di DPR tidak mendukung penerapan sistem perbankan syariah.
“Jadi, partai-partai Islam tidak memperjuangkan Islam. Ini yang harus kita reformasi,” tegas  Al Khathatah.
Bahkan, jika perlu bikin partai Islam baru  yang siap memperjuangkan Islam. Kalau perlu dengan merekrut Ruhut Sitompul.
“Tapi Bang Ruhut harus masuk Islam dulu,” ujar Al Khathatah, disambut tawa ringan dan takbir hadirin.

Di antara salah satu alasan Menteri Keuangan Sri Muliani memberikan bailout kepada Bank Century karena dianggap sebagai bank gagal akibat kejatuhan Lehman Brothers dan porak-porandnya keuangan di Amerika.  Namun, menurut Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al Khathat, berarti hal itu secara prinsip, sistem yang dipakai pada dasarnya memang sudah bermasalah.

“Tapi kenapa ada yang setuju dengan bailout itu, ini masalahnya,” kata Al Khathatah, di sela diskusi yang bertajuk “Angket Century, SBY Jatuh?” di Wisma Intiland, Jl Sudirman, Jakarta, Rabu (16/12).

Dia mengaitkan kondisi kerakusan sosial  ini dengan kondisi yang ada di luar yang masih menerapkan sistem kapitalisme. Khatath menilai, meski di Indonesia sudah ada  perbankan syariah, namun penerapannya masih jauh dari ideal.

“Sebab ia masih menginduk pada sistem bank sentralnya yang ribawi. Harusnya semua sistem riba dihapuskan,” jelasnya.

Ikut menambakan Khatath,  politisi Partai Gerindra  Permadi, mengatakan,  semestinya bank-bank syariah yang ada memiliki bank sentral sendiri.

Hal senada juga disampaikan politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul.  Ruhut memberikan contoh riil dengan membahasakan sistem perbankan syariah yang telah marak diterapkan dan menjadi primadona di Inggris.

“Tapi maaf, di sini terbalik. Kami di sini (DPR) minoritas, kami hanya ada satu dua orang. Kita ngotot ingin bank syariah, yang Muslim aja nggak. Pening juga aku,” seloroh pengacara yang dikenal ceplas-ceplos ini.

Menurut Ruhut, daftar tunggu pembahasan masalah perbankan syariah di tingkat legislasi semakin hari kian melorot. Ini yang diakuinya membuatnya heran. “Saya heran kok daftar tunggunya kok makin melorot, maunya kan naik dong,” imbuhnya.

Pada forum itu Al Khathatah menyimpulkan, apa yang disampaikan Ruhut merupakan fakta bahwa partai-partai Islam di DPR tidak mendukung penerapan sistem perbankan syariah.

“Jadi, partai-partai Islam tidak memperjuangkan Islam. Ini yang harus kita reformasi,” tegas  Al Khathatah.

Bahkan, jika perlu bikin partai Islam baru  yang siap memperjuangkan Islam. Kalau perlu dengan merekrut Ruhut Sitompul.

“Tapi Bang Ruhut harus masuk Islam dulu,” ujar Al Khathatah, disambut tawa ringan dan takbir hadirin.

sumber : hidayatullah.com

One thought on “Sistem Perbankan Syariah Dinilai Tak Didukung Politisi Muslim

  • anugerah_4din4 anugerah_4din4

    Cukup memprihatinkan memang klo kita mengkaitkan penerapan syariat Islam di negeri ini. Negeri yang mayoritas katanya adalah ISLAM. Namun ironisnya, hampir kebanyakan umat di negeri ini anti terhadap syariat ISLAM.

    Kita bisa merasakan akhlak masyarakat bangsa ini yang makin lama kian melorot. Bagaimana tidak, gaung islam yang dipadu dengan sekulerisme dan pluralisme kian lama kian bergema diseluruh pelosok negiri ini. Hal ini di perparah dengan semakin akrabnya kerjasama antara umat islam dengan ornag-orang kafir. Kita sebut saja, ada beberapa partai yang katanya akan membawa kepentingan umat, nyata memiliki keterwakilan dari orang kafir. Sungguh ironis sekali padahal nyata sekali ditegaskan melalui frman Allah SWT dalam surat Al-mumtahannah. Disana jelaslah siapa yang pantas jd teman kita dan siapa yang pantas jadi musuh kita.

    Jelaslah disini sistem kepartaian yang selama ini diusung oleh partai-partai Islam, yang dalam hal ini mereka katakan sebagai solusi agar syariat dapat tegak, telah terbukti nyata memberikan hasil yang nihil. Hal ini tidak lain karena sesungguhnya sistem kepartaian yang saat ini mereka jalankan merupakan hal yang batil. dan sesungguhnya tidak akan pernah terjadi sesuatu yang haq dicapai dengan sesuatu yang batil.

    Pada intinya jika ingin syariat tegak di negeri ini, bukan menambah jumlah partai Islam tapi mereformasi sistem negeri ini dengan berhukum hanya kepada hukum Allah SWT dan sunnah baginda rasulullah SAW.

    waAllahu a’lam bissawaab

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *