Prioritas Dakwah
Dalam sebuah kesempatan Syaikh bin Baz ditanya, apakah hal-hal yang harus diprioritaskan dalam dakwah. Apakah kegiatan sosial semacam pembangunan masjid dan pemberian bantuan bagi kaum lemah, ataukah mendakwahi pemerintah untuk menerapkan syariat Islam dan memerangi berbagai kerusakan?
Pertanyaan ini kemudian beliau jawab dengan ulasan yang cukup panjang. Seperti yang beliau sebutkan di majalah Majalah Al-Buhuts Al-Islamiyah, edisi 32, hal.119, Syaikh Ibnu Baz mengatakan bahwa yang wajib atas para ulama adalah memulai dengan apa yang para Rasul ﷺ mulai, yang berkaitan dengan masyarakat kuffar dan negara-negara non Islam, yaitu mengajak kepada Tauhidullah (beribadah hanya kepada Allah) dan meninggalkan penyembahan kepada selain Allah, beriman kepada Allah sesuai dengan kemuliaan dan keagunganNya, beriman kepada Rasul-Nya ﷺ dan mencintainya berikut para pengikutnya.
Itu tekanan pertama yang dilakukan. Maka tak ayal jika hal ini adalah pekerjaan yang cukup berat. Sebab tidak mudah bagi seorang dai untuk berani mengambil beban ini sendirian. Lebih banyak dai mengambil beban yang ringan dan menghindari sesuatu yang berat bagi dirinya.
Inilah yang seharusnya menjadi perhatian para dai. Betapa dai harus menyampaikan kebenaran kepada ummatnya. Bagaimana mereka benar benar memberikan peringatan atas hadirnya kaum kafir yang memusuhi islam.
Kedua, Syaikh Bin Baz mengatakan bahwa hendaknya para dai mengajak kaum muslimin di setiap tempat untuk senantiasa berpegang teguh dengan syariat Islam dan selalu konsisten, menasehati para penguasa, membantu dan membimbing orang-orang yang perlu dibantu dan dibimbing.
Dai benar-benar hadir di tengah-tengah umat. Tidak hanya ada ketika dalam kondisi baik saja, tetapi juga hadir dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Mengajak umat untuk senantiasa berpegang kepada syariat yang haq. Menghindari perdebatan, dan lebih mengutamakan tersyiarkan kebaikan kebaikan agama di tengah masyarakat luas.
Bahkan lebih daripada itu, dai juga bisa mengambil peran untuk menasihati para penguasa. Menjadikan nasihat itu sebagai alat untuk memperbaiki keadaan agar semakin diridhai Allah. Karena tipikal penguasa bisa saja lupa dan lalai dengan kekuasaannya. Merasa berkuasa dan punya kekuatan penuh, akhirnya mudah tergelincir pada kezaliman.
Selain itu, dai dai juga harus meluangkan waktunya untuk membimbing orang-orang yang butuh bimbingan. Mereka yang secara intensif butuh disapa dengan ilmu. Didekati dengan hati dan dikuatkan tekadnya untuk selalu menjadi baik.
Ketiga, Syaikh Bin Baz juga mengatakan bahwa hendaknya para ulama senantiasa eksis dalam berdakwah, antusias terhadap kegiatan-kegiatan sosial, mengunjungi para penguasa dan memotivasi mereka untuk berbuat kebaikan serta menganjurkan mereka untuk memberlakukan syari’at dan menerapkannya pada masyarakat.
Dai tidak hanya duduk di balik meja menyampaikan dakwah. Tetapi ia hadir menyapa ummat dengan aksi-aksi sosial. Menggalang dana dan menyalurkannya kepada orang orang yang membutuhkan.
Dengan begitu, umat akan merasa terbantu. Tidak hanya diberikan dalil dan ayat saja, tetapi juga dibantu kebutuhan kebutuhan dan kesulitan-kesulitannya.
Tentu saja akan lebih baik jika aksi sosial ini menjadi sebuah program berkelanjutan. Ada semangat yang berterusan berkibar. Sambung menyambung menjadi aktitivas yang terus berlaku dan bermanfaat.
Mereka yang paham akan senantiasa tahu bahwa, sesuap makanan untuk mereka yang kelaparan akan lebih baik daripada membangun infrastruktur yang megah dan besar.
Orang lapar bisa dibantu sehingga dia tidak kelaparan. Mereka yang miskin dan tidak beruntung bisa dibantu dengan sedekah produktif yang akan menaikkan level kehidupan sosial ekonomi mereka.
Ditambah lagi, dai harus mampu mengakses penguasa. Bukan dalam rangka untuk ikut hidup mulia, tetapi untuk terus memberikan masukan dan nasihat. Yakni terus mendorong penguasa untuk memudahkan terjadinya pelaksanaan syariat Islam secara mudah di masyarakat.
Membantu para pemegang amanah untuk terus bisa tsabat di jalan Allah. Tegak berdiri dalam kebenaran dan benar benar menjauhi kezaliman yang mungkin saja bisa terjadi.
Hal ini sebagai pengamalan firman Allah Azza wa Jalla. “Maka demi Rabbmu, mereka pada (hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” [QS. An-Nisa: 65]
Dan firmanNya. “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yanjg yakin ?” [QS. Al-Maidah: 50]
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna.
Itulah tiga hal pokok yang perlu para dai perhatikan dalam amanahnya. Jangan sampai mereka bekerja dan beramal tetapi tidak tahu arah apa yang ingin mereka tuju. Karena perjalanan tanpa tujuan itu melelahkan dan tidak akan menggapai apa apa.