Pembunuhan Merajalela, Kiamat Segera Tiba
Shakespere bilang “apalah arti sebuah nama..”. Tapi kalau kita melihat berita kriminal yang saban hari tayang, ungkapan itu mungkin bisa diplesetkan menjadi “Apalah arti sebuah nyawa..”. Lihat saja, hampir setiap hari ada saja berita pembunuhan. Nyawa manusia tak lagi dihargai, dibunuh dengan alasan yang remeh bahkan sama sekali tidak rasional. Membunuh gara-gara rebutan jabatan atau wanita secara rasio masih dapat diterima, meski nurani tidak. Artinya, dua faktor itu memang wajar jika sampai membuat orang kalap dan akhirnya saling bunuh. Tapi membunuh gara-gara tim bola yang didukung kalah, membunuh ayah gara-gara tidak mau membelikan sepeda motor, membunuh gara-gara salah paham SMS dan lainnya? La haula wala quwata illa billah, motif-motif yang sangat remeh dan tidak sebanding dengan hilangnya nyawa yang berarti juga hilangnya hak hidup seseorang.
Lebih mengerikan lagi, hari ini banyak bermunculan para psikopat alias jagal-jagal pelaku pembunuhan berantai. Manusia-manusia sadis yang melakukan pembunuhan bukan karena kalap dan juga tidak memerlukan motif, tapi lebih sebagai sebuah pemuasan. Mirip seperti nafsu birahi para pezina yang selalu minta dipuaskan secara periodik, para jagal ini juga akan membunuh secara periodik untuk memuaskan dirinya, meski antara dia dan korbannya bisa jadi tidak pernah ada masalah.
Dan itu tidak hanya terjadi di luar negeri, atau hanya difilm-film horor buatan Hollywood, di dekat kita pun orang-orang semacam itu sudah mulai bermunculan. Tahun 1996 mencuat kasus Siswanto alias si robot gedhek yang membantai anak jalanan di Jakarta, Ahmad Suraji alias dukun AS, pembantai 42 wanita, si jagal Jombang dan Prakas si jagal dari Boyolali yang entah sudah berapa nyawa yang sudah mereka habisi. Mengerikan. Itu yang terungkap, yang belum? Wallahua’lam, semoga Allah melindungi kita.
Itu baru pembunuhan yang dilakukan oleh individu, belum pembunuhan atau lebih tepatnya pembantaian yang dilakukan kelompok atau bahkan rezim. Adolf Hitler yang membantai orang-orang abnormal karena dianggap mengganggu evolusi, Benito Musollini yang menyerang Ethiopia karena menganggap, ras Ethiopia adalah ras rendahan. Atau kasus-kasus lokal semisal pembantian Ambon, Poso, Sampit, Tanjung Priok, DOM Aceh, hingga tawuran antar desa dan sekolah atau para pendukung tim sepak bola. Aksi-aksi brutal penghilangan nyawa tergelar dimana-mana. Belum lagi kematian yang diakibatkan peperangan. Mulai dari perang dunia, sampai perang Korea yang baru saja ‘dilaunching’. Pencabutan ratusan bahkan ribuan nyawa secara paksa dapat terjadi dalam waktu kurang dari sehari.
Tanda Kiamat
Rasulullah bersabda,
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَأْتِىَ عَلَى النَّاسِ يَوْمٌ لاَ يَدْرِى الْقَاتِلُ فِيمَ قَتَلَ وَلاَ الْمَقْتُولُ فِيمَ قُتِلَ ».فَقِيلَ كَيْفَ يَكُونُ ذَلِكَ قَالَ « الْهَرْجُ. الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِى النَّارِ ».
“Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, dunia ini tidak akan berakhir sampai datang suatu masa atas manusia, pembunuh pada saat itu tidak tahu untuk apa dia membunuh, dan yang dibunuh juga tidak tahu karena apa dia dibunuh.” Beliau ditanya, “Bagaimana itu bisa terjadi?” sabda beliau, “ al Harj (kekacauan). Pembunuh dan yang dibunuh di neraka.”
Hadits ini adalah salah satu dari hadits-hadits asyratus sa’ah (tanda-tanda hari Kiamat). Meski kita tidak bisa memastikan bahwa fenomena di atas adalah perwujudan dari sabda nabi tersebut, tapi wallahua’lam, fenomena tersebut hampir mirip dengan yang disinyalir Nabi dalam sabdanya.
Dalam riwayat lain disebutkan, ketika ditanya apa itu hari al harj, Nabi bersabda:
حِينَ لاَ يَأْمَنُ الرَّجُلُ جَلِيسَهُ
“Ketika seseorang tidak merasa aman dari teman duduknya.”(HR. Ahmad)
DR. Muhammad bin Abdurrahman al Arifi dalam kitabnya, Nihayatul ‘Alam mengaitkan hadits ini dengan banyaknya kematian akibat peperangan dan pembunuhan. Orang-orang membunuh tanpa tahu pasti mengapa ia harus membunuh, sebaliknya banyak pula korban pembunuhan tiba-tiba tercabut nyawanya tanpa alasan pasti. Adapun keterangan Nabi bahwa yang membunuh dan yang dibunuh akan masuk neraka, jika yang terjadi adalah usaha saling bunuh untuk urusan duniawi yang tidak dibenarkan syar’i. Yang dibunuh masuk neraka karena sebenarnya ia juga berniat membunuh, hanya saja lawannya mendahuluinya. (Mirqatul Mafatih, Kitabul Fitan 352).
Tak perlu risau
Tak dapat kita pungkiri bahwa kita memang hidup dizaman yang dekat dengan Hari kiamat. Dimulai diutus dan wafatnya Nabi Muhammad, gerbang kiamat telah terbuka. Berbagai pertanda kiamat yang disampaikan Nabi melalui sabda-sabdanya akan terbukti seiring berjalannya waktu. Namun begitu, dengan bekal keimanan di hati, kita tak perlu khawatir. Seperti yang Nabi sabdakan, bagi seorang mukmin, semua urusannya adalah baik. Jika dikaruniai kesenangan, dia bersyukur dan jika diuji dengan musibah dia bersabar. Termasuk musibah akhir zaman berupa maraknya pembunuhan dan kejahatan.
Bagi seorang mukmin, mati ditempat tidur, mati karena kecelakaan,penyakit, bencana alam atau bahkan karena dibunuh secara zhalim tidaklah masalah. Karena faktor-faktor tersebut merupakan bagian dari takdir yang tak terduga. Asalkan keimanan dapat terjaga sampai ajal tiba, insyaallah akan selamat saat menempuh perjalanan di alam baka. Karenanya, maksud dari “ wala tamutunna illa waantum muslimun” (janganlah kalian mati melainkan dalam kondisi sebagai orang yang berserah diri (muslim)” adalah jagalah keimanan kalian, sampai ketika ajal yang terduga datangnya menjemput, kalian tetap dalam kondisi muslim, sebagaimana dijelaskan para mufasir.
Karenanya, dengan bekal iman di hati, kita tak perlu risau meski kejahatan merajalela dan pembunuhan terjadi dimana-mana. Yang penting kita selalu waspada, bertawakal kepada-Nya dan berharap fitnah akhir zaman itu tak mengenai kita. Wallahua’lam. (T. anwar)