Pejabat Bermartabat Karena Pemimpin Hebat
Memilih kriteria pemimpin dan orang yang diberi amanah jabatan memang tidak mudah. Tidak seperti kebanyakan manusia hari ini yang menggunakan sistem voting, mana yang mendapat suara terbanyak ialah yang akan menang. Entah ia orang yang amanat, bijaksana lagi wibawa atau justru ia orang yang hanya bermodalkan OMDO (omong doang) sangat bisa terpilih menjadi pejabat.
Lain ceritanya dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ia meniru jejak kakek buyutnya Umar bin Khattab dalam memilih seseorang yang pantas untuk dijadikan pejabatnya. Ia mengangkat orang-orang yang tidak menginginkan kekuasaan dan kekayaan dari jabatannya, tidak pula ingin sambutan yang wah dalam pelantikannya. Tapi Ia lebih memilih pengemban jabatan yang santun, rendah hati, bersosial dengan sesame manusia dan tidak memiliki keistimewaan diantara manusia kecuali amalannya.
Baca Juga: Apa Enaknya Jadi Pejabat?
Dari sekian orang yang akan dipilih Umar bin Abdul Aziz tersebutlah nama Bilal bin Abu Burdah. Umar bin Abdul Aziz melihat dirinya sebagai orang yang selalu dekat dengan masjid tiap waktu shalat dan senantiasa membaca al-Quran di siang dan malam harinya.
Umar bin Abdul Aziz ingin mengangkatnya sebagai gubernur Iraq,ia berkata pada al-A’la bin Mughirah sebagai pejabat yang diserahi tugas ini, “Jika yang ada di batinnya sebagaimana yang Nampak pada lahirnya, ia adalah orang yang patut mengemban amanah, karena tidak menginginkan keutamaan.”
Pejabat tersebut pergi menjalankan tugasnya guna mendatangi Bilal, adapun Bilal saat itu sedang menunaikan Shalat antara waktu Magrib dan Isya’. Usai shalat Al’-A’la bin Mughirah berkata kepadanya, “Kamu mengetahui kedudukan dan kedekatanku dengan Amirul Mukminin. Jika aku mengusulkan kepadanya untuk mengangkatmu menjadi gubernur Iraq, Apa yang kamu sampaikan padaku?” “Gajiku setahun” jawab Bilal bin Abu Burdah. “Maksudmu 120 ribu dirham?” Tanya al’A’la. “Ya” Jawab bilal. Lalu al’A’la berkata, “Catat itu untukku diatas kertas sebagai bukti.”
Bilal bin Abu burdah bergegas menulisnya. Al-A’la pun membawa tulisan tersebut kepada Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz. Setelah membacanya Ia menulis surat kepada gubernur Kufah yang intinya bahwa Bilal mengelabuhi kaum muslimin dengan ibadahnya, dan hampir kita semua terperdaya olehnya. Setelah dilakukan penyelidikan ternyata ada penyakit dalam dirinya, ia tidak layak untuk menjabat.
Akhirnya Umar bin Abdul Aziz mengasingkan Bilal bin Abu Burdah dan mengusirnya dari Iraq. Ia berkata,” Wahai penduduk Iraq, pemuka kalian ini hanya mengobral kata-kata bukan fakta yang dapat diterima, dan memang kefasihannya dalam bicara bertambah,namun kezuhudan dalam dirinya berkurang.”
Baca Juga: Pemerintah Sumber Fitnah?
Demikian proses pengangkatan pejabat dan pemegang amanat dari seorang tokoh pemimpin terbaik sepanjang masa. Hendaknya bila kita memang menghendaki kebaikan, utamakan Iman dan ketawadhu’an dalam memilih pemimpin atau pejabat lainnya, bukan karena banyaknya suara, bukan lantaran hartanya, bukan juga karena bualan-bualan palsu lainnya. Semoga bermanfaat (Nurdin/Motifasi/Pejabat)
Tema Terkait: Pemerintah, Khilafah, Pemimpin
Pingback: Majalah Islam Arrisalah|Majalah Muslim Arrisalah