Nabi ‘Isa Pasti Turun dari Langit (Tanda Dekat Hari Kiamat 2)
وَنُؤْمِنُ بِأَشْرَاطِ السَّاعَةِ: مِنْ خُرُوجِ الدَّجَّال، ونُزُولِ عِيسَى ابنِ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلامُ مِنَ السَّماءِ، وَنُؤْمِنُ بِطُلُوعِ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَخُرُوجِ دَابَّةِ الأرْضِ مِنْ مَوْضِعِهَا
(110) Kami beriman kepada tanda-tanda hari Kiamat; seperti keluarnya Dajjal, turunnya ‘Isa putra Maryam ‘alayhissalam dari langit, terbitnya matahari dari arah tenggelamnya, dan keluarnya dabbah (binatang bumi) dari tempatnya.
Pada edisi yang lalu telah kita bahas tanda besar yang pertama dari tanda-tanda besar datangnya hari Kiamat. Yakni, keluarnya Dajjal. Pada edisi ini kita lanjutkan dengan tanda-tanda besar lain yang disebut oleh Abu Ja’far ath-Thahawiy pada matan beliau, yakni turunnya Nabi ‘Isa as dari langit.
Rasulullah saw mengabarkan kepada kita tentang sifat-sifat Nabi ‘Isa agar bila kita mendapati masa turun beliau kita dapat mengenali beliau. Banyak sekali hadits yang memuat kabat tentang beliau. Di antaranya adalah hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dari para sahabat utama seperti Abu Hurayrah, Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, dan yang lainnya.
Dikabarkan, Nabi ‘Isa berperawakan sedang, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek, berkulit merah dan berbulu, dadanya bidang, rambutnya lurus, seolah-olah dia baru keluar dari pemandian, beliau memiliki rambut yang melebihi cuping telinga, disisir rapi hingga memenuhi kedua pundaknya.
Nabi ‘Isa Turun Pasca Dajjal Muncul
Setelah keluarnya Dajjal dan kerusakan yang dia lakukan di bumi, maka Allah memerintahkan Nabi ‘Isa as untuk turun ke bumi. Beliau turun di menara putih sebelah timur Damaskus di Syam. Beliau memakai dua helai pakaian yang dicelup dengan minyak za’faran, meletakkan kedua tangan beliau di atas sayap dua malaikat. Apabila beliau menundukkan kepala, maka turunlah rambutnya, dan jika beliau mengangkatnya, maka berjatuhanlah keringat beliau bagaikan butir-butir mutiara.
Nabi ‘Isa akan turun di tengah-tengah Thaifah Manshurah yang berperang di atas kebenaran. Mereka semua bergabung untuk memerangi Dajjal. Nabi ‘Isa akan turun ketika iqamah shalat dikumandangkan dan beliau shalat di belakang seorang pemimpin dari kelompok tersebut.
Ibnu Katsir menulis, “Inilah yang paling masyhur tentang tempat turunnya Nabi ‘Isa, yaitu di atas menara putih bagian timur kota Damaskus. Saya telah melihat pada beberapa kitab bahwa sesungguhnya beliau akan turun di menara putih sebelah timur masjid jami’ Damaskus. Kiranya inilah pendapat yang lebih terpelihara, karena di Damaskus tidak dikenal ada sebuah menara di bagian timur selain menara yang ada di sisi masjid jami’ al-Umawi di Damaskus di sebelah timurnya. Inilah yang lebih tepat lagi cocok, karena dia akan turun ketika shalat didirikan, lalu pemimpin kaum muslimin akan berkata kepadanya, ‘Wahai Ruhullah! Majulah,’ Lalu dia berkata, ‘Engkau yang maju, karena sesungguhnya iqamat dikumandangkan untukmu.’ Sementara pada sebagian riwayat disebutkan bahwa beliau berkata, ‘Sebagian dari kalian adalah pemimpin bagi yang lain-nya, sebagai kemuliaan yang Allah berikan kepada umat ini.’.”
Ibnu Katsir juga mengatakan bahwa pada zamannya, yaitu pada tahun 741 H, kaum muslimin memperbaharui menara dengan menggunakan batu putih. Ketika itu pembangunannya diambil dari harta kaum Nasrani yang telah membakar menara tersebut yang berada di tempat mereka. Kiranya ini merupakan salah satu tanda kenabian yang tampak, di mana Allah mentakdirkan pembangunan menara ini dari harta orang-orang Nasrani agar Nabi ‘Isa bin Maryam turun pada menara tersebut, untuk membunuh babi, menghancurkan salib, tidak menerima jizyah dari mereka, akan tetapi pilihannya adalah masuk Islam atau dibunuh, demikian pula orang-orang kafir dari kalangan yang lainnya.
Dalam hadits Nawas bin Sam’an yang panjang tentang keluarnya Dajjal kemudian turunnya Nabi ‘Isa, disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Apabila Allah telah mengutus al-Masih bin Maryam, dia akan turun di menara putih sebelah timur Damaskus, dengan mengenakan dua pakaian yang dicelupkan wars dan za’faran, meletakkan kedua telapak tangannya di sayap dua Malaikat. Ketika dia menundukkan kepalanya, maka rambutnya akan turun, dan ketika dia mengangkatnya, maka akan berjatuhan darinya (keringat) bagaikan butiran mutiara, maka tidaklah seorang kafir mencium aroma nafasnya melainkan dia akan mati, dan aroma nafasnya sejauh mata memandang. Kemudian dia akan mencari Dajjal, hingga dia mendapatkannya di pintu Ludd, lalu membunuhnya. Selanjutnya satu kaum yang Allah lindungi akan datang kepada ‘Isa bin Maryam, lalu dia akan mengusap wajah mereka dan bercerita kepada mereka tentang derajat mereka di dalam Surga.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim)
Dalil-Dalil yang Qath’i
Dalil-dalil yang menerangkan turunnya Nabi ‘Isa di akhir zaman untuk membunuh Dajjal adalah dalil yang qath’i; baik secara tsubut (bahwa dalil-dalil itu benar-benar datang dari Allah) maupun secara dalalah (bahwa dalil-dalil itu tak bisa ditakwilkan dengan makna lain). Dalil-dalilnya berupa ayat-ayat al-Qur`an—QS. Az-Zukhruf: 57-61, An-Nisa`: 157-159, dan Ali ‘Imran: 55—yang dijelaskan oleh hadits-hadits Nabi yang mencapai derajat mutawatir.
Para ulama telah menyatakan hal ini. Di antara mereka yang menyatakannya adalah Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Katsir, Syaikh Shiddiq Hasan Khan, Syaikh Ahmad Syakir, dan Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani. Para ulama ini telah mengumpulkan hadits-hadits yang mengabarkan tentang turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam dan jumlah sahabat yang meriwayatkannya lebih dari 25 orang sahabat. Jumlah yang lebih dari cukup untuk memenuhi syarat sebuah hadits dikategorikan sebagai hadits mutawatir.
Akidah Aswaja Sepanjang Masa
Keyakinan akan turunnya Nabi ‘Isa di akhir zaman ini—lantaran dalilnya qath’i—telah menjadi bagian dari akidah Ahlussunnah wal Jamaah dari masa ke masa.
Imam Ahmad berkata, “Dasar-dasar Sunnah menurut kami adalah berpegang teguh kepada semua yang dipegangi oleh para sahabat, mengikuti mereka, meninggalkan semua bid’ah—sesungguhnya setiap bid’ah adalah kesesatan.” Lalu beliau menyebut beberapa bagian dari akidah Ahlussunnah wal Jamaah, “Dan mengimani bahwa al-Masih Dajjal akan muncul, di antara kedua matanya tertulis ‘kafir’, meyakini hadits-hadits yang menjelaskan tentangnya, mengimani bahwa hal itu akan terjadi, dan sesungguhnya ‘Isa as akan turun lalu beliau akan membunuh Dajjal di pintu Ludd.” (Thabaqatul Hanabilah 1/241-243)
Menguraikan akidah Ahlul Hadits was Sunnah, Abul Hasan al-Asy’ari berkata, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, segala hal yang datang dari Allah dan segala hal yang diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya dari Rasulullah saw, tidak membantah sedikit pun darinya… membenarkan munculnya Dajjal, dan bahwasanya ‘Isa as akan membunuhnya.” Kemudian di akhir perkataan, beliau berkata, “Dan kami berkata dengan setiap yang kami ungkapkan dari perkataan mereka, dan kepadanyalah kami bermadzhab.” (Maqalatul Islamiyin wa Ikhtilaful Mushallin, 1/345-348)
Al-Qadhi ‘Iyadh berkata, “Turunnya ‘Isa dan pembunuhan yang ia lakukan terhadap Dajjal adalah suatu kebenaran dan shahih menurut Ahlus Sunnah berdasarkan beberapa hadits tentangnya, tidak ada yang membatalkannya secara akal juga secara syara’, maka wajib menetapkannya.” (Syarh Shahih Muslim, 17/75)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Dan al-Masih -semoga shalawat dicurahkan kepada beliau dan kepada Nabi yang lain-, beliau pasti turun ke dunia… sebagaimana dijelaskan dalam berbagai hadits shahih. Karena itulah beliau berada di atas langit kedua, padahal dia lebih utama daripada Yusuf, Idris, dan Harun, karena dia hendak turun ke dunia sebelum datangnya Kiamat, berbeda dengan yang lainnya. Adapun Adam berada di langit dunia karena jiwa anak-anak keturunannya diperlihatkan kepadanya.” (Majmu’ Fatawa, 4/329)
Wallahu a’lam.