Munafik Yang Pandai Bicara
Perjungan agama Islam terasa berat ketika ada beberapa orang yang sengaja merongrongnya dari dalam. Dalam perjalanan tarikh baginda Nabi, ada orang-orang munafik yang Allah jadikan sebab turunnya beberapa ayat al-Quran, salah satunya adalah kisah Julas bin Suwaid yang tertera dalam surat at-Taubah ayat 74.
Julas bin Suwaid adalah sahabat yang tidak ikut serta dalam Perang Tabuk, ia dan satu temannya yang bernama Wadiah bin tsabit berkata, “Andai apa yang disampaikan Nabi kepada kita itu benar adanya, maka kita lebih hina dari seekor keledai.” Ucapan tersebut didengar oleh Sahabat Umar bin Saad, lalu Ia laporkan kepada Nabi Muhammad. Akan tetapi Julas bin Suwaid tidak mengakui bila ia telah berkata demikian. Lalu turunlah ayat,
BACA JUGA: SEPERTI BIJAKSANA
“Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka……” (QS. at-Taubah : 74).
Mereka orang-orang munafik pandai bersilat lidah dan membuat sumpah-serapah demi mendapat belas kasihan dari Nabi, akan tetapi Allah maha mengetahui apa yang ada di lubuk hati mereka.
Sebab itu, satu hal yang sangat Rasulullah khawatirkan adalah ketika orang-orang munafik, para pembual yang pandai mengolah kata, pandai berbicara dan pandai berdialog dengan manusia. Sebagaimana sabdanya,
إنَّ أخوفَ ما أخافُ على أمَّتي كلَّ منافقٍ عليمُ اللسانِ
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti yang menimpa umatku, adalah setiap munafik yang pandai bicara [bersilat lidah].” (HR. Ahmad)
Dalam sabdanya juga beliau berkata,
سيكون في أمتي اختلاف وفرقة ، قوم يحسنون القيل ويسيئون الفعل يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ
“Akan ada perselisihan dan perseteruan pada umatku, suatu kaum yang memperbagus ucapan dan memperjelek perbuatan (akhlak yang buruk), Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran.” (Sunan Abu Daud : 4765)
Adapun makna dari ‘Aliimul Lisan adalah mereka mempergunakan kepandaian agama mereka untuk berkata didepan manusia, pintar berdalil tapi tidak mengamalkannya, berkata-kata untuk memuaskan siapa yang membayarnya dan memperindah perkataan sesuai tender dan bayaran. mereka seperti Dzul Khuwaishirah at-Tamim an-Najdi yakni orang-orang menampakkan ke-sholeh-an di hadapan orang banyak dalam bentuk tanda-tanda atau bekas ibadah sunnahnya namun berakhlak buruk seperti,
1. Suka mencela dan mengkafirkan kaum muslim
2. Merasa paling benar dalam beribadah.
3. Berburuk sangka kepada kaum muslim
4. Sangat keras kepada kaum muslim bahkan membunuh kaum muslim namun lemah lembut kepada orang kafir.
Sangat hina orang seperti itu, mereka berbusana islam tapi bertujuan untuk menyobek-nyobek busana tersebut. Di dunia mereka bisa leluasa bermain kata, tapi di akhirat mereka mendapat kedudukan lebih hina daripada orang-orang yang dia bela (Orang kafir). Wal Iyadzu Billah
Pingback: An-Nammam, Senjata Elit Setan Penyebab Perpecahan