Mereka Menghantarkan Kita Ke Surga
Sadis. Teganya. Mirip zaman jahiliyah. Begitulah mungkin komentar pembaca ketika membaca berita di atas.
Membunuh anak perempuan hidup-hidup adalah salah satu kebiasaan buruk yang mewarnai kehidupan bermasyarakat bangsa Arab jahiliyah sebelum diutusnya Rasulullah saw. Ada perasaan malu sekaligus pesimis terhadap keberadaan perempuan. Allah saw menggambarkan hal itu dalam firmanNya:
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. (QS. An Nahl: 58-59)
Mereka menganggap anak laki-laki lebih penting karena mereka adalah kaum yang fanatik dan gemar berperang. Kelahiran anak laki-laki adalah anugerah, sementara anak perempuan adalah musibah. Anak perempuan dianggap tidak berguna, tidak berharga, maka diperlakukan dengan semena-mena.
Rasulullah dengan tegas melarang perbuatan tersebut.
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka pada ibu, menolak untuk memberikan hak orang lain dan menuntut apa yang bukan haknya, serta mengubur anak perempuan hidup-hidup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, wa’dul banat adalah menguburkan anak perempuan hidup-hidup, sehingga mereka mati di dalam tanah. Ini merupakan dosa besar yang membinasakan pelakunya, karena merupakan pembunuhan tanpa hak dan mengandung pemutusan hubungan kekerabatan.
Padahal seandainya mereka mengetahui ada pahala besar menanti jika mereka mau menerima kehadiran anak perempuan dan mendidiknya dengan benar, maka niscaya tak ada lagi kesedihan yang menggelayuti hati.
Penghalang api neraka
Dengan kesabaran mendidik anak perempuan, mereka akan menjadi penghalang kita dari api neraka.
“Barangsiapa yang diberi cobaan dengan anak perempuan kemudian ia berbuat baik pada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam An Nawawi menjelaskan bahwa Rasulullah saw menyebutnya sebagai ibtila’ (cobaan), karena biasanya orang tidak menyukai keberadaan anak perempuan.
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Barangsiapa memiliki tiga anak perempuan kemudian ia sabar dalam merawat dan mendidiknya serta memberi makan dan minum mereka dari apa-apa yang ia dapatkan, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang baginya dari api neraka di hari kiamat.” (HR. Ahmad)
Memang merawat dan mendidik anak-anak perempuan hingga dewasa membutuhkan ekstra kesabaran, terlebih lagi di zaman kita yang penuh dengan fitnah dan syahwat. Perempuan dijadikan alat oleh musuh-musuh Islam untuk merusak umat Islam. Pergaulan bebas mengepung mereka di mana-mana baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Penghantar masuk Surga
Mendidik anak perempuan juga dapat mengantarkan kita masuk ke surga. Diriwayatkan dari Aisyah ra, beliau berkata:
“Aku kedatangan seorang ibu miskin yang membawa kedua anak perempuannya. Aku berikan kepadanya tiga butir buah kurma. Kemudian ia memberikan masing-masing dari kedua anaknya satu butir kurma dan yang satu butir lagi ia ambil untuk dimakan sendiri. Akan tetapi, ketika ia akan memakannya, kedua anaknya itu memintanya. Akhirnya satu butir kurma itu dibelah dua dan diberikan kepada mereka berdua. Kejadian itu mengagumkanku. Maka, aku ceritakan hal itu kepada Nabi saw. Lantas beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah menentukan surga baginya atau membebaskannya dari api neraka karena perbuatannya itu.” ( HR. Muslim)
Mengayomi, bersama Nabi
Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik ra, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR. Muslim)
Yang dimaksud mengayomi anak perempuan adalah menunaikan hak-hak mereka seperti makan, pakaian, pendidikan, dan lain-lain. Imam An Nawawi rhm menjelaskan, “Yang dimaksud (عَالَ) adalah menunaikan hak-hak dengan menafkahi dan mendidik mereka serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lainnya”.
Begitu perhatiannya para ulama’ terhadap anak perempuan, Imam Ahmad bin Hanbal setiap kali mendapatkan anak perempuan beliau selalu berkata, “Para Nabi itu, mereka adalah para bapak bagi anak-anak perempuan”
Bahkan Al Imam Muslim rhm membuat sebuah bab dalam kitab shahihnya dengan judul (باب فَضْلِ الإِحْسَانِ إِلَى الْبَنَاتِ) “Keutamaan Berbuat Baik kepada Anak-Anak Perempuan”.
Jadi jangan pernah bersedih jika dijuluki dengan abul banaat, karena semua anak Anda perempuan. Sebab, merekalah diantara yang bisa mengantarkan kita ke surga. Wallau a’lam bis shawwab.