Masuk Dan Keluar Dengan Benar
رَّبِّ أَدۡخِلۡنِي مُدۡخَلَ صِدۡقٖ وَأَخۡرِجۡنِي مُخۡرَجَ صِدۡقٖ وَٱجۡعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلۡطَٰنٗا نَّصِيرٗا
“Rabbi adkhilni mudkhala shidqi wa akhrijni mukhraja shidqi waj’allii mil ladunka sulthanan nashiraa.”
“Ya Rabbku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (QS. Al Isra: 80)
Allah memerintahkan RasulNya untuk berdoa, dan diantara doa yang diperintahkan oleh Allah untuk dimunjatkan adalah ayat 80 surat al Isra’. Meski perintahnya kepada Rasulnya namun hal ini tidak menjadi kekhususan bagi Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, akan tetapi ayat ini dibaca oleh umatnya dan didoakan dalam munajatnya.
Allah tidak berfirman memerintahkan kepada NabiNya untuk berdoa dengan lafadz Rabbij’alni shaadiqan (wahai Rabb jadikan aku sebagai orang yang benar) tapi merincinya dengan adkhilni mudkhala shidqi wa akhrijni mukhraja shidqi (masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar).
Mendaki menuju puncak membutuhkan waktu dan kesungguhan adapun jatuh dari puncak sangatlah singkat tidak memerlukan waktu yang lama. Sehingga bisa bertahan dipuncak dan tidak jatuh merupakan suatu perkara yang tidak mudah, butuh kesadaran dan kewaspadaan yang tinggi. Yang penting bukan hanya bisa sampai puncak tapi bagaimana bisa bertahan dipuncak.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam di Makkah yang saat itu lemah, Ka’bah dikelilingi dengan perbuatan jahiliyah, 13 tahun berdakwah dihujani celaan, permusuhan dan ancaman pembuhuhan sehingga diusir dan keluar dalam keadaan lemah. Namun ketika memiliki kekuatan dan biidznillah berhasil membuka Makkah maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam masuk dengan tetap tawadu’ lillah. Disaat lemah dan disaat kuat tetap lillah.
Manusia masuk dan keluar dari dunia ini, mereka memiliki perkara perkara yang mereka masuki dan keluar darinya, ada yang awalnya miskin kemudian keluar dengan kekayaan dan sebaliknya.
Orang miskin, lemah merasa butuh Allah itu sudah tabiatnya, tapi bila ia dikayakan Allah dan merasa masih membutuhkan Allah maka berarti ia memiliki ilmu yang dalam, karena banyak yang tidak selamat ketika kaya merasa tidak butuh Allah, ketika kuat merasa tidak butuh Allah.
Ada manusia yang masuk dalam amalnya, tidak dengan cara yang benar dan tidak jujur sehingga ketika keluarpun keluar dengan tidak benar dan penuh kedustaan, atau ada yang masuk dalam suatu amal dengan benar lillah tapi karena fitnah yang melanda sehingga ia keluar dengan tidak benar dan tidak lillah.
Yang kita butuhkan adalah masuk dengan benar dan keluar dengan benar, oleh karenanya doa ini adalah doa yang sangat dibutuhkan tiap hamba dalam menyelamatkan dirinya baik di dunia maupun di akhirat, ia bersifat umum dan tidak terikat pada kondisi tertentu, bisa pada perjalanan perjalanan, memasuki dan keluar dari suatu tempat/kota atau bahkan masuk dan keluar dari dunia, yaitu kematian dan kebangkitan.
Ya Allah jadikanlah setiap yang aku masuki dan aku keluar darinya semuanya dalam keadaan taat kepadaMu dan mendapat keredha’anMu.
Setiap kebenaran yang didengungkan pasti akan ada yang menahan dan melawannya, sehingga bersama kebenaran lazim ada kekuatan yang melindungi kebenaran sampai di tempatnya. Karenanya Allah ta’ala berfiman:
“Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Qs. Al Hadid: 25)
Meski hujjah yang jelas memiliki kekutan untuk membuka hati para hamba, sebagaimana mu’jizat yang dimiliki Rasul menjadi ayat yang kuat mempengaruhi hamba, maka kekuasaan juga memiliki peran untuk bisa mencegah kejahatan dan dosa.
Baca juga : Doa Saat Turun Hujan
Qatadah menafsirkan, “Sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam mengetahui bahwa beliau tidak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu kecuali dengan kekuasaan. Maka beliau meminta kepada Allah kekuasaan yang menolong kitab Allah, menerapkan hukum dan kewajiban Allah serta menegakkan agama Allah. Kekuasaan merupakan rahmat Allah yang ditempatkan di tengah-tengah hambaNya. Kalaulah tiada rahmat, niscaya sebagaian hamba akan menyereang sebagian yang lain, yang kuat akan memangsa yang lemah. (tafsir Ibnu Katsir)
Min landuka tidak sama dengan min ‘indika, ia lebih dekat dan lebih khusus, Allah sendiri yang memberikan pertolongan. Adapaun min ‘indika bisa jadi pertolongan Allah dengan perantara orang orang mukmin.
Berdoa denga doa ini menjadikan seorang muslim selalu dalam penjagaan, tanggungan dan jaminan Allah. Setiap perkataan dan perbuatan yang tampak dan bahkan yang tidak tampak, yaitu niat dan maksud yang ada di dalam hati, butuh untuk selalu dipintakan as shidqu, kebenaran dan kejujuran.
Bila telah jujur dan benar niatnya, maka ia menjadi hamba yang selalu memiliki keadaan yang baik, dan ia mendapatkan pertolongan dari Allah dari awal hingga akhir. Ikhlas niatnya, shaleh amalnya, masuk di dunia ini menjadi hamba Allah, keluar dari dunia ini tetap menjadi hamba Allah.
Pingback: Dua Pintu Kebaikan - arrisalah