Empat Pelajaran Berharga dari Kisah Adam dan Godaan Hawa
Iblis dikeluarkan dari surga, lalu Adam ditempatkan di dalamnya. Surga di mana Adam tinggal adalah sebuah taman yang indah. Beberapa ulama berpendapat bahwa surga tersebut bukanlah surga yang kelak dijanjikan kepada kaum mukminin. Bukan surga yang sama dengan surga akhirat. Alasannya, surga tersebut masih memiliki ujian, masih dimasuki Iblis, Adam masih merasa kantuk dan tidur di dalamnya. Sementara surga akhirat adalah tempat yang tak memiliki ujian, tidak ada kantuk dan tidur dan yang memasukinya kekal selamanya. Menurut pendapat ini, surga yang yang ditempati Adam tersebut adalah surga yang memang diciptakan khusus untuk Adam dan berada di bumi di tempat yang tinggi. Wallahua’lam.
Setelah ditempatkan di dalam surga, Adam pun berjalan-jalan dan merasa kesepian. Tak berapa lama, Adam terlelap. Saat Adam tertidur, Allah menciptakan seorang wanita dari tulang rusuknya. Wanita itu duduk di sebelah kepala Adam. Adam pun terbangun. Saat melihat wanita tersebut, Adam berkata, “Siapakah engkau?” Dia menjawab, “Aku wanita.” “Mengapa dirimu diciptakan?” Tanya Adam. “Agar kamu tenang tinggal bersamaku.” jawabnya. Melihat ini, malaikat ingin menguji kemampuan Adam dengan bertanya, “Wahai Adam, siapa namanya?” Adam menjawab, “Hawa’.” Malaikat bertanya, “Mengapa namanya Hawa’?” Adam menjawab, “Karena dia diciptakan dari sesuatu yang hidup.”
Adam pun tinggal bersama Hawa. Semua yang ada di surga boleh dimakan dan dimanfaatkan kecuali satu pohon, syajaratul Khuldi (pohon kekekalan). Sebenarnya nama dan jenis pohon ini sama sekali tidak diketahui. Sebagian mufasir ada yang mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon anggur. Namun karena tidak ada ayat yag secara jelas menyebutkan namanya, maka sikap terbaik adalah tawaquf (tidak mentakwil). Adapun nama pohon “khuldi” adalah nama dari Iblis. Iblis menamai pohon terlarang itu dengan nama yang indah dan mempesona guna menggoda dan mengelabui Adam dan Hawa. Imam Ahmad menyebutkan riwayat bahwa ada sebuah pohon di surga yang panjang bayangannya tidak akan putus meski dilalui selama seratus tahun oleh orang berkendara, dan namanya adalah pohon al Khuldi.
Baca Juga: Benarkah Ruh Manusia Sujud di Arsy Saat Ia Tidur?
Darimana Iblis membisikkan hal itu sementara dia telah diusir dari surga? Iblis memang telah diusir dan tidak lagi tinggal di surga tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan Iblis masih bisa lewat atau membisiki dari luar.
Dan ternyata berhasil, Hawa terpikat dengan nama itu dan akhirnya memakannya. Hawa juga memberi Adam dan Adam pun akhirnya turut memakannya.
Karena tidak ada peristiwa sekecil apapun yang tidak diketahui oleh-Nya, Adam pun tak bisa menyembunyikan perbuatannya. Begitu larangan ini dilanggar, hukuman dari Allah langsung menyambar. Pakaian yang selama ini dikenakan Adam dan Hawa terlepas hingga tersingkaplah aurat keduanya. Melihat auratnya, manusia pertama setinggi pohon kurma yang menjulang itu pun pontang panting berusaha menutupinya dengan dedaunan. Demikian pula Hawa. Allah berfirman, “Wahai Adam, apakah kamu hendak bersembunyi dari-Ku?” Adam menjawab, “Tidak wahai Rabbku, tetapi aku malu kepada-Mu.”
Adam dan Hawa pun dikeluarkan dari surga, lalu diturunkan ke bumi bersama dengan Iblis. Disebutkan bahwa Adam menangisi kesalahan yang menyebabkan dia dikeluarkan dari surga selama tujuh puluh tahun. Allah menerima taubat Adam dan mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul pertama.
Hikmah Diusirnya Adam dan Hawa dari Surga
Kisah detail mengenai Adam dan Hawa ini dapat kita baca dalam al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsier. Adapun pelajaran yang dapat kita petik di antaranya:
Pertama, peringatan bagi wanita agar behati-hati karena manusia yang paling mudah digoda setan adalah wanita. Peringatan juga bagi lelaki agar berhati-hati dari wanita karena setan akan memperalat wanita untuk menjebaknya dalam maksiat. Sebuah hadits menyebutkan, “Andai saja bukan karena Hawa, wanita tidak akan pernah mengkhianati suaminya.” (HR Muslim)
Kedua, salah satu strategi setan dalam menggoda manusia adalah menamai maksiat dengan sesuatu yang indah. Sebutan al-Quran untuk orang yang tidak mau beriman dengan “kafir” dituduh sebagai sebutan kasar dan diganti dengan “non muslim”. Sikap wanita yang tidak berhijab dan menuntut hak yang sama dengan lelaki disebut sebagai kedewasaan, kebebasan berpendapat, kemandirian dan emansipasi. Sikap diam terhadap kemungkaran disebut sebagai toleran sementara nahi mungkar disebut sebagai sikap ekstrim dan intoleran. Hendaknya kita waspada dan berhati-hati.
Baca Juga: Yang Menyenangkan tak Selalunya Haram
Ketiga, menyingkap aurat adalah perbuatan buruk dan merupakan tanda kemurkaan Allah. Saat Adam bermaksiat, hukumannya adalah tersingkapnya aurat. Tersingkapnya aurat menunjukkan kehinaan. Satu-satunya hal yang akan tetap haram baik di dunia bahkan di surga yang semua diijinkan adalah menyingkap aurat di muka umum. Bahkan salah satu tanda kemuliaan adalah ditambahnya pakaian. Kelak di surga, para ahli surga memiliki pakaian berlapis yang indah. Lantas di mana ahli surga menyingkap auratnya? Tentu saja di rumah-rumah yang telah disediakan untuk mereka dan isteri-isteri mereka. Jadi, bagi yang suka membuka aurat di muka umum, berhati-hatilah, itu adalah tanda ketidaksukaan Allah padanya hingga membiarkannya menyingkap sendiri auratnya.
Keempat, bertaubat dengan doa Nabi Adam akan mempercepat datangnya ampunan. Doa tersebut adalah:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا فَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْخَمْنَا لَنَكُوْنَّن مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
“Duhai Rab kami, kami telah menzholimi diri sendiri. Jika engkau tidak berkenan mengampuni dan merahmati kami, kami pasti termasuk orang yang merugi.”
Pingback: Majalah Islam Arrisalah|Majalah Muslim Arrisalah