Kekalahan Pertama
Dengan jumlah yang jauh lebih sedikit, pasukan Muslim berhasil unggul atas musuhnya dan menguasai medan laga. Melihat hal tersebut, pasukan Quraisy mulai ciut keberaniannya dan luntur semangatnya. Mereka lari dari peperangan dengan meninggalkan peralatan tempur dan bekal mereka. Mulailah perasaan cinta terhadap dunia menyerang sebagian besar pasukan pemanah, mereka khawatir jika tetap berada di atas bukit mereka tak akan mendapat rampasan perang. “Kenapa kita masih tinggal di sini? Allah telah menghancurkan musuh kita, kalau tetap di sini, kita tak akan mendapat rampasan perang.” Ucap salah seorang pemanah.
“Bukankah Rasulullah sudah berpesan jangan meninggalkan bukit ini?” timpal orang lain.
“Rasulullah tidak menghendaki kita di sini terus menerus, setelah Allah menghancurkan kaum musyrik itu.” Jawab orang pertama tadi.
Ketika mereka mulai berselisih, berteriaklah Abdullah bin Jubair agar pasukan pemanah jangan melanggar perintah Rasulullah dan mengejar rampasan perang dengan meninggalkan bukit. Tetapi, sebagian besar mereka memilih untuk meninggalkan bukit hingga menyisakan beberapa pemanah saja.
BACA JUGA: PERANG PERTAMA
Lubang yang ditinggalkan sebagian besar pasukan pemanah tersebut menjadi lubang yang membuat pertahanan pasukan Muslim menjadi rawan. Kholid bin Walid, salah satu komandan pasukan berkuda Quraisy, tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia memutar haluan pasukan berkuda Quraisy menuju puncak bukit untuk merebut posisi paling strategis dalam peperangan tersebut, yaitu bukit para pemanah. Para pemanah yang tetap berada di atas bukit tak kuasa menghalau serangan mendadak tersebut. Pertahan pasukan Muslim semakin rapuh, kondisi berbalik seketika.
Pasukan Quraisy yang tadinya sudah terpukul mundur, kembali maju dan menyerang pasukan Muslim yang sedang berebut rampasan perang. Terkejutlah pasukan Muslim, mereka yang tadinya mengira telah memenangkan pertempuran, kini dihantam oleh pasukan Quraisy. Hasil rampasan perang yang sudah ada di tangan itu dilemparkan kembali, pedang-pedang mereka kembali dihunuskan. Tetapi sayang, barisan telah terlanjur tercerai-berai, tak ada lagi pemanah-pemanah yang membantu dari atas bukit. Mereka yang tadinya berjuang untuk mempertahankan iman, sekarang berjuang untuk menyelamatkan diri. Mereka yang tadinya berada di atas angin, Allah balikkan keadaannya karena mereka tak mematuhi perintah Rasul-Nya dan memilih mengejar rampasan perang.
Pasukan Quraisy seolah mendapatkan semangat baru. Kondisi ini jelas berbeda dengan kondisi pasukan Muslim, terutama setelah psywar yang dilancarkan pasukan Quraisy. Mereka memunculkan berita bohong yaitu Rasulullah telah berhasil mereka bunuh, padahal Beliau masih hidup. Psywar ini semakin memperparah dan melucuti semangat sebagian pasukan Muslim. sehingga sebagian dari mereka melarikan diri, sementara yang lain terus bertempur sampai akhirnya wafat sebagai syahid. Sahabat yang pertama kali melihat Rasulullah dalam keadaan masih hidup adalah Ka’ab bin Mâlik. Tak terbilang kegembiraan yang dirasakan Ka’ab melihat Rasulullah dalam keadaan masih hidup. Saking gembiranya, ia berteriak memberitahukan kondisi Rasulullah yang masih hidup. Ka’ab bin Malik tidak sadar kalau perbuatan ini akan sangat membahayakan Rasulullah karena secara tidak langsung dia memberitahukan posisi Rasulullah kepada orang-orang musyrik. Mengetahui hal ini, Rasulullah memberikan isyarat kepada Ka’ab agar diam, supaya tidak diketahui pasukan Quraisy.
Meski sudah berusaha agar tidak diketahui musuh, namun akhirnya musuh tahu juga posisi Rasulullah . Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menumpahkan segala amarah dan kebenciaan mereka kepada Rasulullah. Sebanyak tujuh orang gugur dari sembilan orang shahabat yang melindungi Rasulullah. Adapun dua orang yang tersisa adalah Thalhah bin Ubaidillah dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Saat itu musuh sangat leluasa menyerang Rasulullah.
Utbah bin Abi Waqqash melukai bibir Rasulullah dengan lemparan batu. Abdullah bin Shihab Az-Zuhry menciderai pipi Beliau. Abdullah bin Qim’ah menyabetkan pedangnya pada pundak Beliau, yang menyebabkan rasa sakit lebih dari sebulan, namun sabetan tersebut tidak berhasil menembus baju besi Rasulullah. Abdullah bin Qim’ah kemudian menyabetkan kembali pedangnya mengenai pipi Rasulullah. hingga gigi seri beliau pecah. Sontak saja wajah Rasulullah berlumuran darah. Dua sahabat yang masih tersisa itulah yang melindungi Rasulullah sampai putus beberapa jari-jemari mereka. Pada pertempuran ini tentara Muslim banyak yang menjadi korban sehingga mayoritas ahli sejarah menyatakan bahwa kaum muslimin mengalami kekalahan dalam pertempuran Uhud.
# perang uhud # perang uhud # perang uhud # perang uhud # perang uhud # perang uhud #
Pingback: Tragedi Pembunuhan Kaum Muslimin di Bi'ru Ma'unah