Kabar Kekalahan Kaum Musyrikin
Kaum Quraisy mengalami kerugian yang besar pada perang Badar. Mereka mengalami kekalahan telak, tujuh puluh orang terbunuh, dan banyak pemuka mereka yang tertawan oleh pasukan Muslimin.
Rasulullah berkeliling diantara mayat-mayat pasukan Quraisy sembari berkata, “keluarga yang paling buruk terhadap nabi kalian adalah diri kalian sendiri. Kalian mendustakanku selagi orang-orang membenarkanku. Kalian menelantarkanku selagi orang-orang menolongku. Kalian mengusirkuselagi orang-orang melindungiku.” Setelah itu Beliau memerintahkan supaya mayat-mayat mereka dimasukkan ke dalam sumur.
Dalam riwayat Abu Thalhah, Rasulullah memerintahkan mengumpulkan kedua puluh empat pemuka Quraisy yang terbunuh untuk dilempar ke dalam sumur kotor yang berbau. Ketika itu ada kebiasaan jika suatu kaum memperoleh kemenangan dalam suatu peperangan, mereka akan mengadakan pesta selama tiga malam. Pada hari ketiga Rasulullah berjalan diikuti para shahabat hingga sampai di sumur pembuangan mayat-mayat pemuka Quraisy. Beliau menyebutkan nama-nama pemuka Quraisy yang telah tewas, “wahai Fulan bin Fulan, wahai Fulan bin Fulan apakah kalian merasa gembira karena tidak menaati Allah dan Rasul-Nya? Sesungguhnya kami telah mendapati apa-apa yang dijanjikan Rabb kami kepada kami benar adanya. Lalu apakah kalian juga mendapati apa yang dijanjikan Rabb kalian juga benar?”
“Wahai Rasulullah, mengapa engkau berbicara dengan jasad-jasad yang tak lagi mempunyai nyawa?” Tanya Umar
“Demi diri Muhammad yang ada di tangan-Nya, kalian tidak lebih bisa mendengar dari mereka tentang apa yang kukatakan.” Jawab Rasulullah.
Kabar Kekalahan Sampai di Makkah
Haisuman bin Abdullah Al-Khuza’i adalah orang yang pertama sampai di Makkah karena lari paling cepat dari perang Badar. Sesampainya di Makkah dia berseru, “Utbah bi Rabiah, Syaibah bin Rabiah, Abul Hakam (Abu Jahal), Umayyah bin Khalaf mati terbunuh.” Haisuman masih terus menyebutkan nama-nama petinggi Makkah yang lain.
Mendengar kabar tersebut, penduduk Makkah seolah tak percaya. Dalam sehari mereka menerima kabar, sebagian besar petinggi Makkah mati di tangan pasukan Muslim. Sampai-sampai Shofwan bin Umayyah yang sedang duduk-duduk, berkata dengan panik, “jangan dengarkan! Dia orang gila, aku lebih tau tentang perang Badar.” Shafwan berkata seperti itu padahal dia hanya duduk di rumahnya dan tidak mengikuti perang Badar, karena saking tidak percayanya banyak petinggi Makkah yang mati di Badar.
Maka berkumpullah orang-orang Quraisy di rumah Abbas bin Abdul Muthalib untuk mendengarkan kabar perang Badar. Karena saat itu Abbas sedang ditawan, maka pembantunya yang bernama Abu Rafi, bertindak sebagai wakilnya ikut berkumpul dan mendengarkan. Dalam hati Abu Rafi merasa gembira ketika mendengar kemenangan Islam, karena hatinya sudah condong terhadap Islam.
BACA JUGA : Pelanggaran Janji Yahudi Madinah
Abu Lahab bertanya, “Siapa yang paling gagah diantara pasukan Muhammad? Yang paling banyak membunuh pasukan kita di perang ini?”
“seorang laki-laki yang di dadanya terpasang bulu burung unta. Laki-laki gagah dengan pedang panjangnya. Dia tidak pernah membiarkan musuh di dekatnya kecuali dia bunuh, yang di kanannya dia bunuh pun yang di kirinya juga dia bunuh.” Jawab Abu Sufyan.
“Itu pasti Hamzah bin Abdul Muthalib,” kata Abu Lahab “di dadanya selalu dipasang bulu burung unta sebagai penghias. Maka tulis Hamzah yang harus dibunuh ketika kita berperang lagi.” Maka Hamzah bin Abdul Muthalib sang Singa Allah menjadi target utama kaum Quraisy pada perang berikutnya.
“Lalu siapa lagi? Siapa lagi yang banyak membunuh pasukan kita di Perang Badar ini?”
“Ada lagi, laki-laki yang tidak kami kenal. Pakaiannya serba putih, tertutup kepalanya dengan sesuatu yang putih. Dia begitu dahsyat membunuhnya. Dia banyak menghancurkan pasukan kita.”
Tiba-tiba Abu Rafi berteriak, “Demi Allah, itu pasti malaikat.”
Seketika itu Abu Lahab mengangkat tangannya tinggi-tinggi lalu berulang kali memukul Abu Rafi. Karena sikapnya yang membuat keributan itu, maka seseorang memukul kepala Abu Lahab dengan tongkat hingga menimbulkan luka menganga, “Kau berani menyiksa orang ini selagi tuannya tidak ada.” Luka tersebut akhirnya menjadi infeksi dan menyebabkan kematian Abu Lahab tujuh hari setelah peristiwa ini.
Begitulah penduduk Mekkah menerima kabar kekalahan telak di medan perang badar. Tentu saja hal ini menimbulkan pengaruh yang buruk. Bahkan mereka melarang untuk meratapi orang-orang yang mati terbunuh, agar mereka tidak semakin terpuruk karena dicerca orang-orang Muslim.