Khutbah Jumat: Kabar dari Al-Qur’an yang Paling Menakutkan
Kabar Al-Qur’an yang Paling Menakutkan
Oleh: Majalah ar-risalah
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ مَجَالِسَ الخَيْرِ مَجْمَعًا لِكُلِّ خَيْرٍ وَفَضِيلَةٍ، وَأَرْشَدَنَا فِي مَجَالِسِنَا إِلَى جُمْـلَةِ آدَابٍ جَلِيلَةٍ، وَنَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ نَبِيُّ الأُلْفَةِ وَالرَّحْمَةِ وَالإِخَاءِ وَالهِدَايَةِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أُولِي العُقُولِ الرَّاجِحَةِ وَالمَجَالِسِ الصَّالِحَةِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ وَاقْتَفَى أَثَرَهُمْ إِلَى يَوْمِ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ العَالَمِينَ
أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ تَعاَلَى ، وَصِيَّةُ اللهِ لَكُمْ وَلِلأَوَّلِيْنَ. قَالَ تَعَالَى: ( وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ اللَّهَ وَإِن تَكْفُرُواْ فَإِنَّ للَّهِ مَا فِى السَّمَاواتِ وَمَا فِى الأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ غَنِيّاً حَمِيداً) (النساء:131)
Hadirin Jamaah Jumat rahimakumullah
Puji syukur selalu kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala . Karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya lah kita dapat menunaikan tugas kita sebagai seorang hamba. Dengan rahmat-Nya pula, Kita dapat menghadiri majelis shalat jumat ini. Yang mana, majelis ini telah menjadi kebutuhan bagi kita. Agar ruhiyah kita semakin hidup.
Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, nabi Muhammad ﷺ. Kepada ahlu baitnya, sahabatnya dan para pengikutnya yang selalu meneladani sunnahnya hingga hari akhir. Amma Ba’du:
Melalui mimbar jumat ini, khatib wasiatkan kepada diri kami dan para jamaah pada umumnya. Marilah kita tingkatkan kualitas dan kuantitas takwa kita kepada Allah. Yaitu, dengan cara meningkatkan amal ibadah yang dikerjakan dengan penuh keihlasan, dengan penuh rasa khauf dan dengan segenap rasa raja. Dan, dengan meninggalkan kemaksiatan dengan segenap kemampuan kita. Semoga, takwa tersebut dapat menjadi bekal terbaik untuk hari akhirat. Dapat menjadi penerang di gelapnya alam barzakh. Dan, dapat menolong kita di hari akhir kelak. Amin ya rabbal ‘alamin.
Hadirin jamaah jumat rahimakumullah
Ada satu kisah yang dapat kita ambil hikmahnya. Pada suatu malam. Ketika Khalifah Umar bin Khathab sedang dalam suatu perjalanan, beliau bertemu dengan sekelompok kafilah. Di padang pasir tersebut, malam sangat gelap menutup pandangan setiap pengendara. Sahabat Abdullah bin Mas’ud berada dalam kafilah itu. Khalifah Umar memerintahkan seseorang untuk bertanya kepada kafilah tersebut, “Dari manakah kalian? Dan hendak ke mana kalian”. Abdullah menjawab “Min fajjin ‘amiq, ila baitil atiq. Dari lembah yang dalam menuju baitullah al-atiq.”
Jawaban tersebut membuat Umar mengira bahwa di kafilah pasti ada orang yang sangat alim. Kemudian diperintahkannya pula untuk bertanya, “Ayat Qur’an manakah yang paling agung? Ayat apakah yang paling kuat hukumnya? Dan ayat Quran manakah yang paling luas cakupannya?”
Setiap pertanyaan dijawab dengan sangat baik oleh Abdullah. Hingga tiba satu pertanyaan, “Kabar ayat Al-Qur’an manakah yang paling menakutkan?” Jawab Abdullah,
لَيْسَ بِأَمَانِيِّكُمْ وَلاَ أَمَانِيِّ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ وَلاَ يَجِدْ لَهُ مِنْ دُونِ اللهِ وَلِيًّا وَلاَ نَصِيرًا
“Pahala dari Allah bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong. dan tidak pula menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah.” (QS. An Nisa’: 123)
Shahabat Abdullah bin Mas’ud menilai ayat ini memberikan kabar yang menakutkan. Dan pendapat itu disetujui oleh sahabat Umar. Kabar menakutkan yang pertama ada pada kalimat ‘pahala itu bukanlah seperti angan-anganmu’. Mereka khawatir jika sebagian pahala atau bahkan seluruh amal mereka tidak diterima oleh Allah, padahal mereka adalah generasi terbaik umat ini. Karena itu, semestinya kita lebih layak untuk takut dan khawatir. Sebab, semakin seseorang memiliki ilmu dan banyak amal, dia semakin takut kepada Allah.
Selama ini, boleh jadi kita sering mengingat kebaikan yang pernah kita lakukan, berbagai ibadah yang telah kita jalankan. Lalu kita mengkalkulasi, begitu banyak pahala yang menurut kita telah kita kumpulkan. Semestinya kita khawatir, jangan-jangan nilai di sisi Allah sebenarnya jauh dari angan-angan kita.
Kelak akan banyak orang yang kecele. Mereka merasa telah berbuat yang sebaik-baiknya, padahal apa yang dianggapnya baik, ternyata bukan kebaikan menurut Allah,
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. al-Kahfi: 104)
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menafsirkan maksud orang merugi dalam ayat ini, “inilah hasil amalan yang bukan diperuntukkan Allah, atau tidak mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.” Maka selayaknya kita senantiasa memperhatikan dan mengevaluasi amal kita, sebelum dan sesudahnya. Sebelum beramal, selayaknya kita bertanya, “liman a’mal? wa kaifa a’mal?”, untuk siapa saya beramal? Dan bagaimana saya mesti beramal? Jawaban yang pertama adalah dengan mewajibkan hati kita untuk ikhlas, yakni tidak beramal dan berbuat kecuali hanya karena Allah semata. Adapun pertanyaan kedua, “bagaimana saya mesti beramal?” Jawabannya, haruslah dengan mutaba’ah, mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ. Karena,
وَمَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهْوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah dariku, maka tertolak.” (HR. Bukhari)
Amal yang diterima oleh Allah, hanyalah amal yang ikhlas dan benar. Sementara kita tidak bisa menjamin, bahwa semua yang kita lakukan sudah ikhlas seperti yang diperintahkan, baik qablal amal, ‘indal amal dan ba’dal amal, sebelum, ketika dan sesudah beramal. Tidak heran jika seorang ulama salaf mengatakan, “Ikhlas sesaat adalah kebahagiaan abadi, hanya saja, ikhlas itu berat.” Sufyan ast-Tsauri juga berkata, “Aku tidak pernah mengobati penyakit yang lebih berat dari mengobati niatku.”
Hadirin jamaah jumat rahimakumullah
Orang yang yang beribadah tapi tidak ikhlas atau tidak benar, Kelak akan tertipu oleh angan-angannya. Namun, orang yang benar-benar tertipu adalah orang yang telah melakukan beberapa kebajikan, namun pahalanya harus dibagi-bagi lantaran kezhaliman yang dilakukannya. Pahalanya kebaikannya pun habis dan bahkan masih menanggung dosa orang yang dizhalimi. Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِيْ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأّتِيْ قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هذَا وَأَكَلَ مَالَ هذَا وَسَفَكَ دَمَ هذَا وَضَرَبَ هذَا فَيُعْطَى هذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ إُخِذَ مِنْ خَطَايَا هُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِيْ النَّارِ
“Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada Hari Kiamat dengan pahala shalat, shaum maupun zakat. Akan tetapi dia telah mencela ini, menuduh itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah si anu, memukul si anu, lalu kebaikannya diberikan kepada si ini, kebaikan lain diberikan kepada si itu, hingga ketika kebaikannya telah habis sementara kezhalimannya belum terlunasi, maka dosa orang yang dizhalimi ditimpakan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke neraka.” (HR Muslim)
Hadirin jamaah jumat rahimakumullah
Hal kedua dalam ayat tersebut yang membuat takut para shahabat adalah kalimat, “Barangsiapa mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu.”
Padahal mereka adalah orang yang sedikit melakukan dosa. Karena sedikitnya, mereka bisa mengingat, kapan dan dosa apa yang telah mereka lakukan. Itupun, mereka takut jika dosa yang pernah mereka lakukan menyebabkan jatuhnya sanksi yang menimpa mereka. Karena dosa bisa mendatangkan musibah, baik berupa sangsi di dunia maupun siksa di akhirat.
Telah dikabarkan bahwa Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, bagaimana akan ada keberuntungan setelah ayat ini, maka setiap apa yang (dosa) yang kami lakukan maka kami akan dibalas?” Nabi ﷺ bersabda, “Semoga Allah mengampunimu wahai Abu Bakar, bukankah kamu pernah sakit? Bukankah kamu pernah kelelahan? Bersedih? Bukankah kamu pernah mengalami ditimpa cobaan?” Abu Bakar menjawab: “ya” kemudian beliau bersabda, “Maka itu semua adalah balasan bagi kalian.” (HR. Muslim)
Dalam hadits ini ada ancaman yang menakutkan, namun juga ada hiburan yang melegakan, di mana setiap kesusahan dan penderitaan sekecil apapun yang dialami oleh seorang muslim itu adalah kafarah (penebus) bagi dosa.
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari jahatnya jiwa kami dan buruknya amal-amal kami. Amin ya rabbal alamin.
أقُولُ قَوْلي هَذَا وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ لي وَلَكُمْ، فَاسْتغْفِرُوهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ للهِ وَلِيِّ الإِحْسَانِ، لا يَحُدُّهُ الزَّمَانُ وَالمَكَانُ، وَنَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ الوَلِيُّ الحَمِيدُ، وَأشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّـنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَاحِبُ الخُلُقِ العَظِيمِ، أَدَّبَهُ رَبُّهُ فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهُ، وَأَكْرَمَهُ فَجَعَلَهُ خَلِيلَهُ وَحَبِيبَهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأَبْرَارِ، وَعَلَى تَابِعِيهِمْ مِنْ عِبَادِ اللهِ الأَخْيَارِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
فَيَا عِبَادَ اللهِ
(( إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا))
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ
(( إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ )).وَ أَقِمِ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ لَذِكْرَ اللهِ أَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ