Do’a Naik Kendaraan
بِسْمِ اللهِ والْحَمْدُ لَِلهِ سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ. الْحَمْدُ لَِلهِ, الْحَمْدُ لَِلهِ, الْحَمْدُ لَِلهِ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ, اللهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَكَ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ
Dengan asma Alloh, segala puji bagi Alloh, Maha Suci Dzat yang telah menundukkan untuk kami semuan ini, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan kepada Rab kami niscaya kami akan kembali, segala puji bagi Alloh, Alloh maha besar, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku maka ampunilah aku. Karena sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali engkau
Alhamdulilah, segala puji bagi Alloh yang telah memberikan banyak kenikmatan, menundukkan apa yang ada di bumi untuk manusia sehingga bisa berjalan dan berkendaraan di atasnya, menjadikan bahtera yang berlayar dilautan sehinga bisa mengarungi dan mencari karuniaNya.
Ucapan syukur ini tidaklah cukup dilantunkan dalam lisan, namun harus berbuah dalam amal perbuatan yang selaras dengan ucapan syukur di lisan. Diantara tanda kesyukuran hamba kepada Alloh adalah mengikuti Rasul-Nya, Nabi Muhammad n.
Hal ini telah di contohkah oleh para sahabat yang sangat perhatian dengan segala apa yang dikerjakan oleh kekasihnya n. Sampai-sampai tertawa beliau pada saat selesai berdoa pun ditiru, hal ini sebagaimana dikerjakan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib ketika selesai membaca doa naik kendaraan, beliau lantas tersenyum, keheranan dengan yang diperbuat oleh sahabat Ali, lantas ada yang bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, kenapa engkau tertawa? Ia berkata; aku melihat Rasulullah n melakukan seperti apa yang aku lakukan kemudian beliau tertawa. (HR. Abu Daud dan at Tirmidzi, Imam at Tirmidzi menyatakan hadits ini hasan)
Subhanalloh, Kalau senyumnya saja di tiru, lalu bagaimana dengan perintah-perintahnya yang mencakup dalam hal perkataan dan perbuatan dalam ibadah, tentunya lebih utama untuk di tiru.
Kita semua sangat butuh dengan kendaraan, dan hari-hari kita tidak lepas dengan yang namanya berkendaraan, baik darat, laut maupun udara, kadang jadi supirnya kadang jadi penumpangnya. Mari kita tiru perilaku Rasul n dalam hal berdoa ketika naik kendaraan. Seorang Tabi’in Ali bin Rabi’ah bercerita :
“Aku menyaksikan Ali diberi unta untuk ia naiki, kemudian tatkala ia telah meletakkan kakinya di dalam sanggurdi, ia mengucapkan; BISMILLAH, dan ketika telah berada di atas punggungnya ia mengucapkan; ALHAMDULILLAH, kemudian ia mengucapkan; SUBHAANALLADZII SAKHKHARA LANAA HAADZAA WA MAA KUNNAA LAHUU MUQRINIIN, WA INNAA ILAA RABBINAA LAMUNQALIBUUN, Kemudian ia mengucapkan; ALHAMDULILLAAH tiga kali, ALLAAHU AKBAR tiga kali, SUBHAANAKA INNII ZHALAMTU NAFSII FAGHFIR LII, FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA. Kemudian ia tertawa. Kemudian ia ditanya; wahai Amirul mukminin, kenapa engkau tertawa? Ia berkata; aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan seperti apa yang aku lakukan kemudian beliau tertawa dan aku katakan; wahai Rasulullah, kenapa engkau tertawa? Beliau bersabda: “Sesungguhnya Tuhanmu sungguh merasa kagum kepada hambaNya apabila mengucapkan; ya Alloh, ampunilah dosa-dosaku! Ia mengetahui bahwa tidak ada yang mengampuni dosa selainKu.” (HR. Abu Daud dan at Tirmidzi, Imam at Tirmidzi menyatakan hadits ini hasan)
Untuk mengawali suatu perkerjaan Rasul mengajarkan kepada kita untuk mengucapkan basmalah, hal ini bermakna kita memohon dengan asma Alloh agar diberkahi, ditolong dan disertai dalam melakukan amal yang hendak kita lakukan. Kemudian setelah tenang diatas tunggangan memuji dan mensucikan Alloh dengan mengucap hamdalah dan bertasabih sebagai tanda kesyurukan atas ditundukkannya apa yang ada di bumi yang sebelumnya manusia tidak dapat meguasainya.
Alloh sendiri memerintahkan hamba-Nya untuk melafadzkan dua ayat dalam surat az zukhruf ketika naik kendaran, sebagaimana dalam doa diatas :
لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَـٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ .
وَإِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ.
“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Rabmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha suci Dzat yang telah menundukkan semua ini bagi Kami Padahal Kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan Sesungguhnya Kami akan kembali kepada Rab kami”. (QS. Az Zukhruf : 13-14)
Di jelaskan dalam kitab dalilu al falihin li turuqi riyadhus sholihin, bahwa hikmah yang tekandung dalam pengulangan hamdalah dan takbir sebanyak tiga kali dalam doa ini adalah, pertama karena sampainya nikmat Alloh dan menunjukkan kebesaran dan keagungan Alloh dalam dzat, kedua karena dihindarkannya dari murka dan amarah serta menunjukkan kebesaran dan keagungan Alloh dalam sifatNya, dan yang ketiga karena keumuman pemberian Alloh dan mensucikan Allah dalam istiwa’Nya diatas Arsy.
Nikmat telah banyak diterima, namun kita belum pandai bersyukur, oleh karena itu bertaubat kepada Alloh menjadi permohonan akhir dalam doa ini, dan Alloh maha penerima taubat dan maha luas ampunanya serta Alloh sangat senang dengan hamba-hambaNya yang mau bertaubat. Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa dan menerima taubat kita. Amin. (Taufik el Hakim)