Dispepsia, Keluhan Lambung Saat Puasa
Bulan Ramadan sudah menjelang, ada rasa syukur bercampur bahagia bagi kaum muslimin dalam menyambut kedatangannya. Tapi, ada sebagian kaum muslimin was-was mengingat berdasarkan pengalaman ia sering memiliki keluhan yang berhubungan dengan lambung, terutama di awal-awal Ramadhan. Sebagian lagi yang dari awal sudah memiliki keluhan lambung juga khawatir apakah ia dapat melaksanakan puasa dengan sempurna. Berikut sekilas tentang keluhan lambung yang diistilahkan dengan dispepsia dan hubungannya dengan puasa.
Pengertian Dispepsia
Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “pencernaan yang buruk.” Dispepsia adalah ketidaknyaman dan bahkan hingga nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas. Gejala lain yang bisa dirasakan selain rasa tidak nyaman, juga mual, muntah, nyeri ulu hati, bloating (sebah /lambung merasa penuh), kembung dan cepat kenyang. Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.
Pembagian Dispepsia
Dispepsia dibedakan menjadi 2 yaitu:
- Dispepsia fungsional,
Dispepsia fungsional adalah gangguan fungsi lambung yang disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, pengaruh obat-obatan yang diminum secara berlebihan dalam waktu lama atau bisa juga karena stress. kebiasaan minum alkohol dan merokok juga menjadi sebab keluhan ini. Pada dispepsia fungsional, kondisi lambung sebenarnya nomal. Hanyasaja, karena pola makan yang tidak teratur, asam lambung menjadi meningkat hingga menimbulkan gangguan.
- Dispepsia organik
Dispepsia organik adalah gangguan kesehatan yang ditandai dengan luka atau tukak di lambung dan usus dua belas jari, antara lain akibat infeksi kuman Helicobacter pylori.Tanda-tanda yang harus diwaspadai penderita dispepsia organik, adalah bila sakit lambung pertama kali muncul pada usia di atas 45 tahun, terjadi penurunan berat badan, pucat, terjadi pendarahan di saluran cerna, muntah atau muntah darah berulang, dan berak berwarna kehitaman.
Pengobatan dispepsia
Pengobatan tahap awal pada dispepsia yaitu dengan mengontrol dan memperbaiki pola makan, menghindari obat-obat yang mengiritasi lambung, serta menjauhi stress dengan menerapkan pola hidup yang seimbang. Khusus dalam menghadapi bulan ramadhan akan lebih baik jika sebelumnya membiasakan puasa sunnah terlebih dahulu.
Jika keluhan lambung masih dirasakan dapat diteruskan dengan mengonsumsi obat yang bisa menetralkan atau menghambat produksi yang berlebihan dari asam lambung (jenis antasid). Bisa juga diberikan obat yang memperbaiki dinding lambung. Apabila setelah dua minggu obat yang diberikan tidak bermanfaat,sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
Puasa bagi penderita dispepsia
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekosongan saluran pencernaan saat berpuasa meningkatkan kadar asam lambung namun kondisi asam lambung akan kembali normal setelah berbuka.
Bagi penderita dispepsia fungsional diperbolehkan dan dianjurkan tetap berpuasa selama Ramadhan karena aktivitas tersebut tidak menimbulkan gangguan yang signifikan terhadap kondisi lambungnya.hal ini terjadi karena selama berpuasa pola makan menjadi teratur. Selain itu perilaku yang dapat meningkatkan keasaman lambung dapat dikendalikan,sehingga dengan puasa dispepsia fungsionalnya justru akan membaik.
Bagi penderita dispepsia organik,hendaknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Dokter akan menyarankan boleh tidaknya berpuasa tergantung sebab dan tingkat keparahan penyakit. Untuk yang ringan mungkin masih bisa berpuasa. Sedangkan pada penderita dispepsia yang disebabkan oleh polip, tumor, atau ulkus mungkin akan disarankan untuk tidak berpuasa .
Tips puasa aman pada dispepsia
- Makan sahur
Untuk mencegah lambung dalam keadaan kosong, penderita maag yang berpuasa harus makan sahur. Makan sahur berguna untuk mempertahankan tingkat keasaman lambung dalam batas normal. Untuk mengantisipasi timbulnya sakit lambung,hendaknya minum obat ketika makan sahur.
- Segera berbuka
Ketika datang saat berbuka, harus segera membatalkan puasanya. Mengawali dengan minuman hangat dan manis, kemudian makan makanan ringan yang manis seperti kurma. Makanan yang manis akan mudah diserap tubuh sehingga tidak membuat asam lambung naik.
- Makan secukupnya
Hal ini bermaksud agar dinding lambung berkontraksi dengan rileks, dan menghindari peregangan dinding lambung yang berlebihan. Saat berbuka, makanlah pelan dalam porsi kecil. Jika masih lapar lanjutkan setelah tarawih.
- Jangan tidur setelah sahur
Tidur setelah makan akan membuat produksi asam lambung dan gerak peristaltik pankreas meningkat. Hal ini akan membuat pencernaan berjalan lebih lambat sehingga Anda akan merasa lapar ketika bangun.
- Berolahraga ringan.
Berolah raga baik untuk dilakukan, karena dapat merangsang otak untuk memproduksi hormon katekolamin yang dapat mengurangi asam lambung.
- Hindari stress
Stress dapat memacu metabolisme sehingga meningkatkan asam lambung yang menyebabkan kerusakan dinding lambung.
- Minum obat teratur
Ketika puasa jadwal minum obat juga ikut berubah. Minumlah obat saat sahur, berbuka dan sebelum tidur.
Makanan dan minuman yang perlu menjadi perhatian:
1. Hindari makanan yang banyak mengandung gas, seperti makanan berlemak, sayuran sawi dan kol, buah nangka dan pisang ambon, makanan berserang (kedondong), buah yang dikeringkan, dan minuman yang mengandung soda.
2. Hindari makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung, seperti kopi, sari buah citrus, dan susu full cream.
3. Hindari makanan yang sulit dicerna, yang dapat memperlambat pengosongan lambung, seperti kue tart dan keju.
4. Hindari makanan yang secara langsung merusak dinding lambung, seperti yang mengandung cuka, pedas, merica dan bumbu yang merangsang.
5. Hindari makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah antara lain cokelat, makanan tinggi lemak dan gorengan.
Upayakan menjalankan puasa dengan benar sehingga terhindar dari dispepsia karena makannya menjadi teratur saat sahur dan berbuka. Selain itu, faktor stressnya terkendali sehingga menjadi lebih tenang.