Agar yang Taubat kembali Maksiat
Dalam teori pemasaran dikenal istilah win back. Yaitu strategi mengembalikan pelanggan yang berhenti menjadi pelanggan karena suatu hal hingga tidak mau membeli lagi produk yang dipasarkan. Penyebabnya bisa karena kecewa terhadap kualitas produk, pelayanan dari produser atau ada produk lain yang lebih baik. Nah, win back adalah usaha persuasif untuk membujuk ‘mantan pelanggan’ ini agar mau menjadi pelanggan kembali. Caranya adalah dengan mencari faktor yang membuat pelanggan tidak membeli produk. Jika penyebabnya adalah kualitas, produser akan mencoba memperbaiki kualitas, jika karena pelayanan, produser berusaha meningkatkan pelayanan dan jika karena ketiadaan barang karena tersendatnya pengiriman (delivery), maka produser akan mencari cara untuk melancarkan distribusi. Usaha itu disertai ‘hasutan-hasutan’ persuasif yang memotivasi si mantan pelanggan agar kembali mengenakan ID card kepelanggananya.
Dan rupanya, di dalam menjual produk-produk maksiatnya, ada kemiripan antara strategi setan dengan strategi marketing di atas. Kalau kita renungkan, tidak jarang setan juga menggunakan teori win back; berusaha mengembalikan manusia yang bertaubat dan berhenti menjadi pelanggankemaksiatan agar kembali menjadi pelanggannya.
Caranya, harus dicari faktor primer dan sekunder dari taubatnya manusia. Faktor primer yang membuat manusia adalah sebuah kesadaran sepenuhnya bahwa produk setan berupa kemaksiatan adalah sesuatu yang buruk dan berbahaya. Faktor sekundernya bisa jadi karena produk kemaksiatan mahal dan sulit didapat dan konsekuensi yang berat.
Untuk lebih mudahnya kita aplikasiakn langsung pada sebuah contoh. Untuk mendapatkan win back dari mantan pelanggan produk kemaksiatan berupa penghasilan yang haram; korupsi, jual ganja atau jual aurat setan akan memanfaatkan dalil “kebaikan akan menghapus keburukan”. Manusia akan dihasung agar tidak perlu khawatir hingga harus bertaubat dari korupsi, asalkan sebagiannya diinfakkan kepada rakyat miskin, itu akan menghapus dosa korupsi. Minimal antara dosa dan pahalanya bisa seimbang. Persis seperti yang dilakukan tokoh dongeng Ali baba yang merampok orang-orang kaya untuk kemudian sebagian hasil rampokan diberikan kepada rakyat miskin. Untuk menambah daya tarik, manusia mantan koruptor ini juga akan dijanjikan jaringan korupsi yang lebih rapi. Kalaupun tertangkap, yang bakal tertangkap hanyalah mediator-mediator yang sudah siap untuk bungkam atau beraksi menyuap para penegak hukum agar jaringan aman. Kalau sudah begini siapa yang tidak tertarik?
Sedang bagi pelanggan produk riba, manusia-manusia yang sudah tidak mau lagi mengonsumsi produk haram ini akan diundang kembali untuk menjadi pelanggan. Caranya, dengan mengganti nama produk ribawi dengan nama-nama yang lebih islami. Sayangnya yang berubah hanya namanya saja, secara esensi akad-akad itu masih seperti yang dulu, tanaman uang yang berbunga riba. Dengan sedikit mengutak-atik sistem akad, manusia pun berhasil dikelabui.
Mantan preman akan dibujuk dengan iming-iming backingan kuat atau kedudukan yang menjanjikan dengan anak buah yang banyak. Peminum khamr, setan akan mengutus kawan-kawannya ‘semajelis’ dulu untuk membujuk dirinya agar kembali menikmati minuman yang tak jauh beda dengan bahan bakar itu. Bisa dengan cara yang halus atau sedikit kasar. Misalnya, saat si mantan peminum ini tertimpa masalah, kawan-kawannya akan berusaha membantu dan bersimpati. Konsekuensinya, ia akan merasa tidak enak hati dan jika suatu saat ditawari untuk menenggak lagi cairan laknat itu, hantinya akan sulit menolak karena merasa berhutang budi.
Sedang dosa-dosa yang lain seperti, setan akan memanfaatkan dalil luasnya ampunan Allah untuk mengundang mereka agar kembali menikmati produknya. Tak usah takut dosa, bukankah rasulullah bersabda, “
إِنَّاللَّهَعَزَّوَجَلَّيَبْسُطُيَدَهُبِاللَّيْلِلِيَتُوبَمُسِىءُالنَّهَارِوَيَبْسُطُيَدَهُبِالنَّهَارِلِيَتُوبَمُسِىءُاللَّيْلِحَتَّىتَطْلُعَالشَّمْسُمِنْمَغْرِبِهَا».
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla membentangkan tangannya di malam hari untuk menerima tau bat para pendosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat para pendosa di malam hari sampai matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim)
Peluang win back memang selalu ada karena hati manusia sering berbolak balik. Kadang rajin kadang malas, kadang taat kadang maksiat. Yang paling ekstrim, hati manusia bisa berbolak balik dari iman menjadi kafir, iman lagi lalu kafir lagi. Seperti disebutkan dalam ayat:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampunan kepada mereka, dan tidak (pula) menunjuki mereka kepada jalan yanglurus. (QS. An Nisa:137)
Sebenarnya, Allah juga memberikan peluang yang sama kepada manusia. Yaitu membuka pintu rahmat dan taubat agar manusia yang terjerumus mengonsumsi produk setan dapat kembali menjadi pelanggan ketaatan dan kebaikan. Hanya saja, pemaknanya bukan sebagaimana yang telah diplesetkan setan. Tapi, Allah membuka pintu taubat siang dan malam adalah sebagai rahmat bagi hamba yang beriman dengan syarat, taubatnya adlaah taubat nashuha. Taubat yang benar-benar dilandasi keinginan untuk berhenti mengonsumi produk maksiat. Bukan sebagai peluang agar manusia bisa bermain-main, meloncat-loncat dari garis ketaatan menyeberangi garis kemaksiatan sesuka hatinya, berulang kali.
Oleh karenanya kita tidak bisa merasa aman meskipun telah berhenti dan jauh dari kemaksiatan. Kewaspadaan terhadap tipuan setan yang bervariasi harus terus ditingkatkan. Wallahul musta’an. (T.anwar)