Anak Indigo, Kelebihan atau Karena Gangguan?
Pada 28 Desember 2014, kita dikejutkan dengan jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 yang terbang dari Surabaya ke Singapura. Pesawat tersebut jatuh di perairan saat menuju ke Changi. Namun, ternyata jatuhnya pesawat ini telah diprediksi oleh anak indigo Naomi. Pada Oktober 2014, di salah satu acara televisi nasional, Naomi memprediksikan akan ada kecelakaan yang dialami pesawat. Seperti dikutip jadiberita.com, “Bakal ada kejadian lagi di transportasi udara”, kata Naomi pada presenter acara.
Di kasus yang lain, Sebut saja Riska, tatkala ia sedang mengadakan pesta kecil merayakan ulang tahun ke-36, suasana bahagia melingkupi rumah keluarga di kawasan Pondok Jaya Raya, Mampang, Jakarta Selatan. Namun suasana sedikit berubah ketika Tasya, putrinya yang berusia 2,5 tahun, berujar bahwa sang opa( kakek Tasya) ikut datang kedalam pesta. “ Padahal si kakek telah meninggal. Konon, anak itu memiliki karakter sebagai anak indigo.
Apa Itu Indigo
Dua kasus di atas sekedar gambaran kejadian yang melibatkan anak yang disebut-sebut sebagai anak indigo. Secara bahasa, indigo adalah sebutan untuk warna antara biru dan violet. Ada pula yang menyebutnya dengan warna nila. Lalu istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan anak yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan bahkan supranatural. Interpretasi mengenai indigo pun bermacam-macam, asal ada sisi-sisi keunikan dan kejanggalan yang tak dimiliki umumnya anak, orang-orangpun menyebutnya sebagai anak indigo.
Konsep anak indigo pertama kali dikemukakan oleh cenayang Nancy Ann Tappe pada tahun 1970-an. Cenayang adalah orang yang dianggap bisa menjadi medium bagi roh. Pada tahun 1982, Tappe menerbitkan buku Understanding Your Life Through Color (Memahami Hidup Anda Melalui Warna) yang menjelaskan bahwa semenjak pertengahan tahun 1960-an, ia mulai menyadari bahwa ada banyak anak yang lahir dengan aura indigo (dalam publikasi lain Tappe juga mengatakan bahwa warna indigo atau nila berasal dari “warna kehidupan” anak yang ia dapatkan melalui sinestesia). Sehingga, anak indigo adalah anak yang memiliki warna aura indigo (nila).
Gagasan dukun ini kemudian dipopulerkan oleh sebuah buku yang berjudul The Indigo Children: The New Kids Have Arrived (Anak Indigo: Anak-anak Baru Telah Tiba) pada tahun 1998. Lee Carroll sendiri juga seorang cenayang yang mengklaim sebagai medium bagi roh yang bernama Kryon. Menurutnya, roh Kryon telah memberikan kepadanya beberapa cara untuk mengenali anak Indigo.
Dalam konteks Islam, cenayang adalah dukun, sedangkan apa yang dianggap sebagai roh Kryon itu tak lain adalah setan dari golongan jin dan bukan roh orang yang telah mati. Ibnul Qayyim mengistilahkan dukun sebagai ‘rasul’nya setan. Setan memberikan bisikan kepada dukun, lalu dukun yang menyebarkan di tengah-tengah manusia. Dengan kata lain, dukun adalah medium bagi setan untuk menyampaikan ‘wahyu’ dari setan. Inilah ‘kerjasama’ setan jin dan setan manusia yang Allah sebutkan ‘yuuhii ba’dhuhum ilaa ba’dhin’, masing-masing (setan dari golongan manusia dan setan dari golongan jin ) mewahyukan satu sama lain seperti tersebut dalam Surat al-An’am: 112, yang kemudian dibahasakan orang sebagai wangsit atau bisikan.
Dan jelas sudah, kita tidak boleh mempercayai pengakuan seorang dukun. Lantas bagaimana halnya dengan anak indigo dalam pandangan syariat?
Kelebihan atau Gangguan?
Karena diangap memiliki kemampuan bisa melihat apa yang tidak dilihat orang lain, memiliki bayangan kejadian yang akan datang, bisa mengobati penyakit dengan cara yang unik dan tanpa belajar, maka merekapun dianggap memiliki kelebihan. Jarang yang mengatakan mereka sebenarnya tengah mendapat gangguan.
Apa yang dilihat anak sebagai arwah yang telah mati sesungguhnya jin yang mengaku sebagai orang yang telah mati. Begitupun roh yang berhubungan dengan cenayang (dukun). Karena orang yang telah mati telah terputus amalnya. Roh orang yang beriman dan beramal shalih berada di ketinggian ‘illiyyin’ yang dimuliakan, sementara ruh orang kafir dan fajir terpenjara di kedalaman ‘sijjiin’ seperti disebutkan dalam hadits yang panjang. Ada yang mendapatkan siksa di alam barzakh, dan ada yang mendapatkan nikmat, bagaimana mungkin mereka sempat menghadiri ulang tahun cucunya, mendatangi undangan sebagai jaelangkung dan klaim-klaim lain yang semisalnya.
Jika ada anak yang melihat ‘penampakan’, bukan karena si anak yang sakti atau memiliki kelebihan, tapi bisa jadi jin sedang mengganggunya, atau membidiknya sebagai calon rekanan. Karena hakikatnya manusia tidak melihat jin, sebagaimana firman Allah,
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. al-A’raf: 27)
Bahwa ada orang yang melihatnya, itu sebenarnya bukan karena kehebatannya, tapi karena jin yang menampakkan diri kepada manusia dengan wujud yang tidak aslinya.
Begitupula, tatkala anak indigo bisa meramal atau mengobati penyakit. Sebenarnya ia sedang dipromosikan setan untuk menjadi paranormal. Dengan cara itu, manusia banyak yang mencari jalan kesembuhan dengan cara isti’anah (meminta pertolongan) kepada jin.
Ringkasnya, anak indigo itu sebenarnya sedang mengalami gangguan, atau setidaknya menjadi bidikan setan dari golongan jin. Mereka mestinya diselamatkan, bukan justru dihebatkan dan distimuli keanehan-keanehannya.
Ketika mereka kemudian diasah kemampuannya, ujung-ujungnya akan menjadi paranormal, na’udzu billah. Semestinya anak yang memiliki karakter-karakter indigo diarahkan untuk berlaku pasif terhadap bisikan atau apa yang dilihatnya. Jika keadaannya masuk kategori parah, bisa menjalani terapi ruqyah syar’iyyah, wallahu a’lam.