Viral!
Aksi damai 4 November atau dikenal dengan aksi 411 menjadi hari bersejarah bagi masyarakat Indonesia. Hari itu, jumat, para ulama, ustadz, dan masyarakat berbondong-bondong ke masjid Istiqlal kemudian berjalan menuju istana Negara untuk menuntut hukuman bagi gubernur Jakarta yang melakukan pelecehan terhadap al-Qur’an. Diperkirakan 2 juta orang lebih datang ke ibukota dari berbagai tempat di Indonesia. Gerakan yang menyatukan umat Islam dari berbagai elemen dan lembaga. Tak ada undangan resmi yang dikirim oleh panitia kepada lembaga atau masyarakat di daerah. Yang ada hanya selebaran digital, hastag, dan meme yang menjadi viral. Informasi itu menyebar luas seperti virus masuk ke setiap genggaman manusia.
Ketika kemudian beberapa politisi “salah bicara” tentang peristiwa tersebut, lagi-lagi para relawan sudah siap dengan social media jurnalistiknya memviralkan kesalahan tersebut hingga semua orang kembali paham. Pasukan medsos pun bermunculan. Mereka sekumpulan orang yang disatukan oleh satu tujuan, hancurkan kezaliman bukan relawan bayaran. Ketika aksi lanjutan bela Islam III digelar, informasi itu pun langsung mendapat sambutan.
Aksi tersebut hanya merupakan satu dari sekian banyak informasi yang tersebar. Di era media social, sensasi Viral (viral sensation) terjadi hamper setiap hari dengan tema beragam. Rhenald Kasali menuliskan, viral sensation menghancurkan kekuatan lama dan menumbuhkan spirit baru. Kini tak ada yang bisa menutup-nutupi atau memonopoli informasi. Kalau pun media besar seperti televise dan radio nasional tidak menayangkan sesuatu atau justru melambungkan berita tertentu dengan berbagai pertimbangan mereka, masyarakat akan tahu hakikat sebenarnya dengan kekuatan viral.
Bagi penyedia dan pengecer berita sensasi viral sangat menguntungkan karena ia tak lagi membutuhkan wadah-wadah yang telah mapan dan mahal, namun bagi konsumen berita tak jarang mereka mendapat berita palsu (hoax) yang tersebar secara terorganisir.
Sensasi viral, kata rhenald Kasali merupakan cara menciptakan perubahan yang bersifat damai di luar system politik. Namun serangan ini harus ditujukan secara tepat sasaran lengkap dengan bukti-bukti ucapan. Di tengah budaya malu yang sudah hilang, sensasi media social masih bisa dijadikan harapan.
Pingback: Opini, Peran Akal Dalam Menganalisa Syariat dan Berpendapat