Dayyuts, Akhlak Tercela yang Dianggap Mulia
Jika ada ayah yang membiarkan, apalagi mendukung putrinya berpacaran mesra dengan seorang pria, orang akan mengatakan dia seorang bapak yang bijaksana. Jika ada suami yang rela istrinya selingkuh, atau membiarkannya bergaul akrab dangan pria lain, mereka berkata, “Dia suami yang sabar…tabah…ikhlas!” Begitupun dengan suami yang membiarkan istrinya bermesraan dengan orang lain di layar kaca, atau mengumbar aurat karena tuntutan kerja, orangpun berkomentar, “Dia suami yang pengertian!”
Begitulah opini berkembang. Orang yang tidak memiliki sifat cemburu disifati dengan karakter mulia, penuh pengertian dan lapang dada. Sedang orang yang memiliki ghirah (kecemburuan) disifati dengan temperamental, sumbu pendek atau dinilai pikirannya belum dewasa.
Pandangan ini berseberangan dengan arahan syariat yang menghasung manusia untuk menjaga ghirah (kecemburuan), dan menempatkannya secara proporsional. Kecemburuan adalah rasa tidak sukanya hati terhadap campur tangan orang lain dalam hal yang menjadi haknya secara khusus. Dengan ghirah ini, seseorang akan berusaha menjaga dan mencegah sesuatu yang menjadi tanggungannya dari bahaya dan kerusakan. Ia ibarat antibodi yang akan menjaga kekebalan tubuh dan mencegah datangnya penyakit. Tanpanya, segala penyakit bisa saja menimpanya dengan mudah.
Orang yang memiliki ghirah terhadap Islam akan marah jika Islam dihina, dia juga akan berjuang untuk membelanya. Begitupun orang yang memiliki kecemburuan terhadap istri dan anaknya, dia tidak akan membiarkan keburukan dan perbuatan keji terjadi atas mereka. Karena itulah, jika sikap cemburu tiada, tak ada kebaikan pada dirinya.
Secara khusus, bahkan syariat telah memberikan peringatan keras terhadap dayyuts, orang yang tidak ada kecemburuan melihat istrinya serong, atau kemungkaran terjadi atas keluarganya.
Nabi SAW bersabda,
ثَلاَثَةٌ لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ وَالدَّيُّوثُ
“Ada tiga golongan yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat nanti, yaitu orang yang durhaka kepada kedua orangtuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts. “ (HR. an-Nasa’i dan lainnya, dishahihkan oleh Al-Albani).
Makna dayyuts yang disepakati oleh para ulama adalah suami yang membiarkan istrinya berbuat serong (selingkuh). Imam Ad-Dzahabi dalam kitabnya al-Kaba’ir memasukkan perilaku ini sebagai salah satu dosa besar. Beliau juga mengatakan, “jika dia mengetahui istrinya telah berselingkuh (berzina) dan dia membiarkannya, maka Allah telah haramkan jannah atasnya, karena Allah telah menulis di pintu jannah, “’Kamu haram dimasuki seorang dayyuts’. Yaitu orang yang mengetahui istrinya selingkuh, tapi dia membiarkan dan tidak cemburu.”
Sebagian ulama ada yang mengartikan lebih luas lagi. Bahwa dayyuts adalah orang yang tidak terusik (cemburu) atas perbuatan haram yang terjadi dalam rumah tangganya. Dia ridha atas kemaksiatan dan perbuatan keji dilakukan oleh anggota keluarganya. Wallahu a’lam. (Abu Umar Abdillah)
wah tak kiro ghirah kuwi artine semangat