Lupa Saat Dibutuhkan
Ada dinamika dalam kehidupan kita. Silih berganti datang dan pergi, pasang surut, naik turun, atau hilang muncul mengiringi perjalanan kepulangan kita ke haribaanNya. Kadang di atas, kadang di bawah, sehat sakit, berkecukupan atau kekurangan, senang sedih, puas dan kecewa, dan masih banyak lagi warna-warni kehidupan. Ialah sunatullah yang memang akan selalu seperti itu.
Namun di sana juga ada fluktuasi iman; bertambah dan berkurang, menebal serta menipis, juga menguat ataupun melemah. Dan pada kualitas iman inilah, cara kita menyikapi hidup dipertaruhkan. Apakah ia akan menjadi sarana menaikkan derajat keimanan ataukah sebaliknya; menjadi bukti kelemahan kita menghadapi ujian kehidupan.
Alangkah dahsyatnya fenomena akhir zaman, ketika fitnah serupa potongan malam yang gelap datang. Membolak-balikkan hati berpindah keyakinan karena menjual agama demi kenikmatan dunia sesaat. Seseorang yang berpagi dalam keadaan beriman, menjadi kafir di sore hari. Atau di sore hari dalam keadaan beriman, paginya sudah menjadi kafir. Sungguh, fitnah dahsyat dihadapi oleh hati yang rapuh dan terombang-ambing, bukanlah paduan yang tepat. Pertarungan beda level yang lebih mirip pembantaian, meluluhlantakkan, alih-alih mempertahankan diri dari serangan.
Kita harus waspada agar mengerti bahwa musuh bisa datang dari arah manapun yang seringkali tidak terduga, dan kapanpun saat kita lengah dan tidak menyadarinya. Sebab kita berada di negeri asing yang seringkali tak ramah. Berlaku sebagai pengembara atau penyeberang jalan agar tak terlena adalah salah satu solusinya. Dengan bersegera melakukan amal shalih sebagai pembuktian iman, kemudian menjaga kontinuitasnya agar kualitas iman kita tetap terjaga.
Sebab meski kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, namun kita tahu bahwa senjata menghadapi semuanya adalah mutu iman yang terjaga. Yang akan membuat semua kejadian bisa disikapi dengan baik, karena keadaan orang beriman itu mengagumkan. Semua kejadian yang dihadapinya baik-baik saja. Dan hal itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin. Jika tertimpa kesenangan, dia bersyukur dan hal itu baik baginya, dan bila tertimpa musibah, dia bersabar dan hal itu baik baginya.
Ilmu berlandaskan iman yang kita punya, adalah jawaban berbagai persoalan kehidupan. Yang harus kita jaga sepenuh hati agar hadir tepat waktu saat kita membutuhkannya. Bukan sekedar pernah kita miliki dan fahami, namun pergi saat kita memerlukan. Akhirnya kita menjawab secara salah, atau asal- asalan.
Ia pergi karena kita mengabaikannya. Kita tidak menjaga dzikir agar selalu terhubung dengan Allah, hingga ia tidak datang saat kita undang. Karena kita lupakan Allah, Dia melupakan kita. Bukankah Allah berjanji akan mengingat kita, jika kita mengingatNya?