Saat Rekaman Dosa Tampak di Depan Mata
بَعِيدًا وَيُحَذِّرُكُمُ اللهُ نَفْسَهُ وَاللهُ رَءُوفُُ بِالْعِبَادِ
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imran 30)
Jiwa yang terpancari oleh cahaya iman akan tahu, apa yang harus dilakukan saat hati mengidap gejala sakit atau mebatu. Khalifah Abdul Malik bin Marwan, saat mendeteksi adanya bibit penyakit dalam hati berkata kepada Al-Manshur RHM, “Bacakanlah kepadaku suatu ayat dari Kitabullah, karena hal itu bisa menjadi obat bagi penyakit di dada, dan karena al-Qur’an adalah penyembuh dan cahaya.”
Dari sekian ribu ayat yang ada, al-Manshur memilih untuk membacakan firman-Nya,
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya;” (QS. Ali Imran: 30)
Tampaknya, ayat yang dibacakan oleh al-Manshur tersebut begitu hebat menancap di ulu hati sang Khalifah, hingga menyebabkan beliau pingsan seketika. Di antara yang beliau ucapkan setelah siuman dari pingsannya adalah, “Sungguh, barangsiapa yang memikirkan ayat ini, lalu dia tetap nyaman dalam bermaksiat kepada Allah setelahnya, maka dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”
Rekaman Hidup di Dunia
Hari itu, masing-masing jiwa akan mendapati rekaman seluruh harinya di dunia. Tentang secuil ketaatan yang pernah dijalani, juga sederetan dosa yang pernah dilakoni. Tak ada sedikitpun yang tersembunyi atau terlewati. Itulah hari dibukanya topeng kemunafikan, ditelanjanginya segala bentuk kedustaan, disingkapnya segala makar kejahatan.
Satu perbuatan jahat yang telah dilupakan di dunia, atau sepenggal kata dusta yang telah tertimbun oleh memori berjuta giga, kelak akan terkuak pula. Tak ada sedikit jua yang tersisa. Dari yang kecil hingga yang besar, tampak begitu rincinya.
Pandangan manusiapun terbelalak. Seakan tak percaya sedetil itu semua lakon hidupnya akan terkuak. Sedikitpun ia tak mampu membela diri atau mengelak. Semua bukti yang ada terlalu valid untuk ditolak.
Apalagi, lembar kehidupan telah tercatat oleh malaikat. Bumi menjadi saksi atas segala ucapan, sikap dan gelagat. Allah menjadi saksi atas segala hal yang kita perbuat. Tangan, kaki dan semua jasad juga menjadi saksi kunci yang teramat kuat. Sementara lisan terkunci rapat, tak kuasa membantah meski hanya dengan satu kalimat.
Anas bin Malik RDL menceritakan, “Suatu kali kami bersama Nabi SAW, dan tiba-tiba beliau tertawa dan berkata, “Tahukah kalian, karena apa aku tertawa?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Lalu beliau bersabda,
مِنْ مُخَاطَبَةِ الْعَبْدِ رَبَّهُ يَقُولُ يَا رَبِّ أَلَمْ تُجِرْنِى مِنَ الظُّلْمِ قَالَ يَقُولُ بَلَى. قَالَ فَيَقُولُ فَإِنِّى لاَ أُجِيزُ عَلَى نَفْسِى إِلاَّ شَاهِدًا مِنِّى قَالَ فَيَقُولُ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ شَهِيدًا وَبِالْكِرَامِ الْكَاتِبِينَ شُهُودًا – قَالَ – فَيُخْتَمُ عَلَى فِيهِ فَيُقَالُ لأَرْكَانِهِ انْطِقِى
“Karena perbincangan seorang hamba dengan Rabbnya. Hamba itu berkata, “Wahai Rabbi, bukankah Engkau bebaskan hamba dari kezhaliman?” Allah berfirman, “Ya.” Hamba itupun berkata, “Kalau begitu, hamba tidak mau menerima saksi lain kecuali saksi dari diriku sendiri.” Lalu Allah berfirman, “Cukuplah dirimu sendiri yang menjadi saksi pada hari ini, dan al-Kiraamul Kaatibun menjadi saksi!” lalu lisanpun dikunci, kemudian dikatakan kepada seluruh anggota badan, “Berbicaralah!.” (HR Muslim)
Allah SWT mengijinkan seluruh anggota badan untuk berbicara, tangan bisa bersuara, begitupun dengan kaki, mata dan telinga. Semuanya melapor tentang apa yang telah diperbuat di dunia. Ini sesuai dengan firman-Nya,
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yaasin: 65)
Jika demikian, masihkah hati tergiur oleh dosa? Adakah nafsu masih berselera dengan tindakan durjana? Sedangkan dosa yang telah lewat dan masih kita ingatpun sulit dihitung saking banyaknya. Dan lebih banyak lagi dosa yang kita telah lupa, namun Allah tidak pernah lupa.
Dosa-Dosa yang Tak Ditampakkan
Hari itu, tak terbayangkan betapa malunya para pendosa. Karena aib akan terbuka, dosa-dosa akan kasat mata. Kita tak sedang membicarakan orang lain yang kita lihat sering berbuat dosa. Tapi kita justru mengkhawatirkan nasib kita, akankah kita juga akan malu sedemikian rupa?
Rasa takut tetap harus ada, lalu antisipasi harus diambil segera. Jika tidak ingin malu lantaran salah dan dosa, jangan biarkan kita terseret ke dalamnya. Meski tak satupun manusia yang ma’shum dari dosa, tidak berarti boleh menjadi alasan kita untuk sengaja menjamahnya. Karena faktanya, banyak sekali dosa yang kita lakukan namun kita tak menyadarinya. Bukan karena lupa atau tak sadar melakukannya, tapi saking sering dan terlalu biasa. Hingga terhadap maksiat tak lagi peka. Maka jangan lagi kita menambah dosa, apalagi dengan sengaja.
Adapun maksiat yang telah terjadi di masa lalu, masih ada celah agar kelak di akhirat kita tak melihatnya. Yakni dengan taubat nashuha, berhenti, menyesal, bertekad untuk tidak mengulanginya, dan memohon ampunan Allah SWT.
Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Dzar RDL, bahwa Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya aku tahu orang terakhir yang masuk jannah, dan yang terakhir keluar dari neraka. Ada seseorang didatangkan pada hari Kiamat, lalu dikatakan, “Perlihatkan kepadanya dosa-dosa kecilnya!” Lalu dikatakan kepada orang itu, “Kamu telah melakukan ini, ini dan itu pada hari anu. Dan kamu juga berbuat ini, ini dan itu pada hari anu.” Orang itu berkata, “Benar,” ia tidak kuasa untuk mengelak, sedangkan dia masih mengkhawatirkan ditampakkannya dosa besar yang pernah dilakukannya. Lalu dikatakan kepadanya, “Bagimu, setiap keburukan (dihapus dan) diganti dengan kebaikan.” Lalu hamba itu berkata, “Wahai Rabbi, saya melakukan suatu dosa yang tidak saya lihat di sini?!” Sungguh aku (Abu Dzar) melihat Nabi tertawa hingga kelihatan gerahamnya.” (HR Muslim)
Allahu akbar! Begitulah kemurahan Allah, Dia menghapus dosa orang yang bertaubat, dan menggantinya dengan kebaikan. Sebagaimana firman-Nya,
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Furqan: 70)
Allahummastur ‘auraatana, wa aamin rau’atana, Ya Allah, tutuplah auarat kami dan amankanlah penjagaan kami. Amien. (Abu Umar Abdillah)
Subhanallah,…
Sungguh Artikel ini akan Sy jadikan Pelajaran sebagai bahan Muhasabah.