Semoga Allah Merahmati Zombie
Mungkin pembaca kaget dengan judul ini. Sebutan semoga Allah merahmati atau yang populer diistilahkan dengan doa ‘rahimahullah’ disematkan kepada orang shalih atau bahkan tokoh ulama yang berjasa sepanjang sejarah Islam, kenapa ini disematkan kepada Zombie?
Baiklah, sebelum sampai ke pembahasan itu, masyarakat kita mengenal berbagai macam nama hantu dan lelembut, lengkap dengan karakter yang serba menakutkan dan mengerikan. Dalam catatan Van Hien dari Belanda (1906), konon hantu di Jawa saja ada 50 nama. Tentu saja penamaan itu diberikan oleh orang-orang tua dahulu disesuaikan dengan sifat mengerikan yang digambarkan mereka. Seperti disebutkan hantu Pocong lantas digambarkan sebagai sosok hantu yang berjalan meloncat karena mengenakan kafan yang membalut seluruh tubuhnya. Tentang ini, kita sudah sering membahasnya.
Kini, pembahasan tertuju pada nama Zombie yang digambarkan sebagai sosok hantu di Barat. Penting untuk dikaji, apa sebenarnya Zombie itu, apakah ia nyata, dan kenapa dinamai dengan Zombie?
Dalam film-film Holywood, Zombie digambarkan sebagai sesosok mayat hidup yang bergerak sendiri dan memburu manusia untuk dimakan. Mereka berjalan seperti orang hidup, namun tak lagi memiliki pikiran dan gerakan lamban namun membabi buta.
Apakah ia Nyata?
Sebelum soal nama, para peneliti konon telah melacak kebenaran makhluk mengerikan itu. Apakah hanya ada di dongeng, ataukah nyata. Di antara penelitian mengerucut pada suku Haiti yang dahulu dikenal menjadi pusat praktek kekuatan supranatural di Amerika Tengah, bahkan hingga kini. Para penganut voodoo Haiti diduga sebagai bidangnya. Ilmu Voodoo adalah sebuah praktek perdukunan yang dikenal sebagai alat untuk melukai orang lain dari jarak jauh. Kalau di Indonesia mungkin dapat disejajarkan dengan ilmu santet. Yang jelas mereka menggunakan sihir dan bantuan jin. Nah jika voodoo yang kita kenal dapat melukai, voodoo di Haiti dapat membuat orang menjadi gila dan hilang ingatan. Sosok yang kemudian disebut Barat sebagai Zombie itu konon memang ada. Hanya saja, mereka bukan mayat yang bergentayangan. Mereka masih hidup dan masih tetap bernyawa, akan tetapi mereka menjadi hilang akal dan dapat dikendalikan sebagai budak. Ingatan mereka hilang, tidak bisa berpikir, dan hasrat yang ada hanyalah hasrat seperti binatang. Mereka hanya mendengar dan berbicara dengan kata-kata sederhana, bergerak sesuai yang diperintahkan, dan mereka hanya memiliki nafsu untuk makan, minum, dan buang air.
Adalah seorang Dr. Edmund Wade Davis, peneliti lulusan Harvard University berkebangsaan Kanada yang bekerja sebagai Anthropologis dan Ethnobotanis. Dia kemudian datang ke Haiti untuk membuktikan apakah penjualan zombie itu benar-benar ada atau tidak. Hasilnya, ia menulis sebuah buku yang berjudul “The Serpent and the Rainbow” yang isinya tentang zombie, praktek voodoo, praktek jual-beli zombie, dan bagaimana zombie dibuat. Intinya sosok makhluk itu “dihilangkan akalnya” dengan ramuan seperti kulit Kodok Bufo-Bufo, Ikan Puffer, dan Rumput Datura, maka akan membuat mereka menjadi tak sadarkan diri dan hilanglah ingatan mereka karena kerusakan otak yang diderita akibat ramuan beracun tadi. Ramuan-ramuan tersebut dioleskan pada kulit korban, serta menambahkannya pada makanan yang akan diberikan kepadanya sehari-harinya. Efeknya, detak jantung dan nafas akan melemah sehingga oksigen yang masuk ke otak menjadi berkurang dan proses kerusakan otak pun dimulai. Dan selanjutnya, jadilah sosok yang kemudian disebut Zombie.
Kenapa Dinamak Zombie?
Tapi pertanyaan besarnya, kenapa disebut Zombie? Apa sebenarnya Zombie itu. Mungkin kita tidak menduganya. Karena ternyata nama Zombie itu diambilkan dari nama seorang pahlawan Islam di Brazil.
Syeikh Jihad at-Turbany telah membuka kedok penodaan terhadap sejarah penamaan Zombie ini dalam kitabnya 100 min ‘Uzhama’il Islam Ghayyaru majra at-Taarikh. Dalam buku ini disebutkan beberapa fakta tentang hal ini.
Pada abad ke-XVI, tepatnya sekitar tahun 1550 Masehi, Islam mulai masuk ke Brazil. Saat itu, orang-orang Portugis memasukkan budak-budak Afrika ke Brazil sebagai tenaga pekerja di kebun tebu. Mayoritas budak-budak Afrika ini beragama Islam sehingga sejak saat itu ada banyak muslim di Brazil.
Tahun demi tahun, jumlah muslim di Brazil semakin banyak. Selain para pendatang, penduduk asli juga mulai ada yang masuk Islam, menjadi mualaf. Posisi kaum muslimin pun semakin kuat, bukan hanya para pekerja tebu.
BACA JUGA : Jurus Para Penganut Islamophobia
Ketika posisi Islam di Brazil menguat, Pasukan Salibis menghabisi mereka. Pasukan Salibis berusaha menghancurkan Islam hingga ke akar-akarnya. Dan mereka menganggap program mereka berhasil. Islam telah dilumatkan.
Di saat seperti itu, pada tahun 1643, tiba-tiba muncul seorang pahlawan Islam. Dengan gagah berani ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Brazil setelah sebelumnya bergerak mendakwahkan Islam ke berbagai penjuru Brazil dan mengajak para tokoh dan pimpinan di wilayah itu untuk masuk Islam. Nama pahlawan itu adalah Zombie.
Salibis yang mengira Islam di Brazil telah mati tersentak. Rupanya Islam belum mati. Zombie telah menghidupkan Islam kembali di bumi Brazil. Dan karenanya, pasukan Salibis pun segera menjadikan Zombie sebagai target. Dan rupanya, Zombie tidak hanya dimusuhi di waktu itu. Namanya pun dihancurkan di abad modern ini.
Itulah kenapa, mereka menamai sosok semisal hantu yang hidup padahal sepertinya sudah mati. Sekaligus mencitrakan sosok pahalawan Islam sebagai momok yang membahayakan kehidupan manusia. Padahal sejatinya, Zombie adalah pahlawan yang telah menghidupkan hati-hati manusia yang telah mati, hingga hidup kembali dengan cahaya ilahi. Semoga Allah merahmati Zombie! (Abu Umar Abdillah)