Berjodoh karena Kemiripan Wajah?
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ustadz yang terhormat, apakah ada kaitannya antara kemiripan wajah dengan jodoh? Masyarakat di sekitar saya banyak yang memiliki kepercayaan seperti itu. Kata mereka, orang yang memiliki kemiripan wajah biasanya berjodoh. Dan jika ada seseorang yang mengajak kita untuk menikah, dari mana kita yakin bahwa dialah jodoh kita?
Jazakumullah untuk jawabannya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Hamba Allah di Semarang
Wa’alaikum salam warahmatullahi wa barakatuh
Hamba Allah yang baik, istilah jodoh sebenarnya bukan istilah ilmiyah maupun syariah. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jodoh adalah pasangan hidup. Sehingga ketika sepasang lelaki dan perempuan yang memutuskan untuk menikah, maka mereka berdua disebut berjodoh. Dan saat keduanya bercerai, kita sebut mereka sudah tidak berjodoh. Lalu, apakah jodoh itu? Tidak ada satu pun definisi ilmiyah yang bisa menjelaskannya.
BACA JUGA: Melangkahi kakak menikah
Dalam bahasa syariah, kita mengenal istilah pasangan yang disebut dengan zauj dan zaujah. Dan istilah pasangan ini terkadang bukan hanya terdiri dari dua orang, melainkan bisa terdiri dari banyak orang. Sebab dalam pernikahan poligami, dimungkinkan seorang laki-laki beristri lebih dari satu. Hal ini tentu berbeda dengan konsep pemikiran monogami sekuler yang mengharuskan seorang laki-laki beristri hanya satu.
Di sisi lain, keyakinan bahwa yang satu itu juga harus yang memiliki kemiripan wajah, tentu saja sangat menggelikan dan berbahaya bagi seorang yang berakidah islamiyah. Sebab tidak ada satu pun dalil yang menjelaskan atau menguatkan hal ini, meski hadits dhaif atau palsu sekalipun. Sehingga masalah kesamaan atau kemiripan wajah seseorang dengan orang lain tidak ada urusannya dengan perjodohan. Karena secara genetika, dimungkinkan adanya kemiripan wajah seseorang dengan sekitar delapan orang lain meski mereka tidak sekandung. Jadi hanya sebuah kebetulan jika ada sepasang suami istri yang memiliki kemiripan wajah.
Hamba Allah yang baik, di dalam syariat ada istilah kesekufuan, yaitu kesamaan dalam hal-hal yang membuat hati nyaman menjalani kehidupan berumah tangga, semisal status sosial, karakter, fisik, kecerdasan, dan hal-hal lain. Namun secara mendasar, kesekufuan adalah dalam pemahaman agama, karena ia lebih menjamin adanya titik temu saat mengambil solusi dari syariat.
Maka pernikahan barakah dimulai dari ta’aruf syar’i untuk mencari titik temu. Kemudian dilanjutkan dengan shalat istikharah untuk mendapatkan kemantapan, atau bermusyawarah dengan keluarga jika belum mantap. Untuk selanjutnya adalah tawakal kepada Allah.
Demikian jawaban saya, semoga bermanfaat.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh