Mungkinkah Ahlussunnah dan Syiah Bersatu?
Sejauh pengetahuan Anda tentang Rafidhah, bagaimanakah prinsip pendekatan antara ahlsunnah dan mereka?
Jawab :
Pendekatan antara Ahlussunnah dan rafidhah tidak mungkin dilakukan, karena akidah masing-masing berbeda. Akidah Ahlussunnah wal Jamaah adalah Tauhid kepada Allah dan ikhlas beribadah kepadaNya. Dan bahwa tidak ada satu pun, baik malaikat yang terdekat dengan Allah maupun Nabi yang diutus yang dijadikan sekutu bagiNya. Allah Ta’ala lah yang mengetahui perkara ghaib.
Diantara akidah Ahlussunnah adalah mencintai para sahabat dan ridha terhadap mereka, meyakini bahwa para sahabat adalah makhluk Allah yang paling mulia setalah para Nabi. Orang yang paling mulia diantara mereka adalah sesuai urutan ini; Abu Bakar ash shidiq, Umar, Utsman , Ali Radhiallahu’anhum.
Sementara, akidah Rafidhah tidak seperti itu, sehingga tidak mungkin keduanya disatukan, sebagaimana mustahil menyatukan antara yahudi, nashrani dan penyembah berhala dan Ahlussunnah wal Jamaah. Jelas lah bahwa Ahlussunnah wal jama’ah tidak mungkin bersatu dengan Rafidhah.
[Majmu’ Fatawa wa Maqalat, Bin Baz, V/156, dinukil dari fatwa-fatwa kontemporer,multazam]
Berinteraksi dengan orang yang menghujat sahabat
Bagaimana menyikapi orang yang menghujat tiga sahabat; Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiallahu’anhum?
Jawab :
Sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam adalah orang terbaik umat ini. Allah Ta’ala telah memuji mereka dalam kitabNya :
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah : 100)
Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali Radhiallahu’anhum adalah termasuk sahabat yang lebih dahulu masuk Islam dan termasuk orang yang berbaiat di bawah pohon. Nabi shallallahu’alaihi wasallam pun memberi kabar gembira kepada mereka berempat berupa surga. Beliau juga melarang dari tindakan menghujat sahabat dengan sabdanya :
“Janganlah kalian mencela seorang pun dari sahabatku. Sesungguhnya andai salah seorang diantara kalian berinfak emas seberat gunung Uhud, itu tidak akan menyamai satu mud atau setengahnya (dari infak) seorang dari mereka.” (HR. Muslim)
Maka siapa saja yang menghina atau menghujat para sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam terutama terhadap Abu Bakar, Umar, Utsman Radhiallahu’anhum, berarti ia telah menyelisihi Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Maka ia harus dinasehati, diingatkan tentang kelebihan para sahabat dan mengenalkan derajat serta kedudukan mereka yang tinggi dalam Islam. Bila ia bertaubat, ia adalah bagian dari saudara kita seagama. Namun bila tetap saja menghujat sahabat, perbuatannya harus dicegah dengan memperhatikan kebijakan syariat dalam megingkari kemungkaran. Dengan tangan, lisan dan hati, sebagaimana dalam hadits. [Fatawa Islamiyah, 1/112 ]