Pohon-Pohon yang Dikeramatkan
Mendadak, ada pohon palem menjadi terkenal di seluruh nusantara. Bukan karena batangnya yang unik, buahnya yang ganjil, atau daunnya yang aneh. Tapi karena pohon yang terletak di Jalan Gedung Hijau Raya, Pondok Indah, Jakarta Selatan itu menjadi saksi bisu atas wafatnya seorang da’i yang banyak dikagumi. Sang Ustadz wafat setelah menabraknya.
Warga masih mengerumuni pohon palem yang ditabrak Ustad Jeffry Al-Bukhari dengan motor Kawasakinya hingga beberapa hari setelah tragedi. Terlihat ada beberapa orang yang menaruh karangan bunga kecil sebagai ucapan belasungkawa. Ada juga yang menuangkan minyak wangi, kado, ucapan selamat jalan dan ada yang berdoa di dekat pohon palem.
Satu sisi banyak kalangan ulama yang haru melihat masyarakat merasa kehilangan seorang da’i. Yang ini menjadi pertanda bahwa dakwah menjadi bagian yang dibutuhkan oleh masyarakat. Namun di sisi lain, ada satu dua titik berbahaya yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah penyikapan terhadap pohon palem ini.
Pohon-Pohon yang Dikeramatkan.
Adalah wajar jika kita khawatir, karena pemandangan di sekitar pohon itu layaknya tempat sesaji yang dikombinasikan juga dengan orang-orang yang berdoa menghadap pohon atau mengucapkan kata-kata seakan berkomunikasi dengan arwah sang Ustadz. Padahal posisi arwah maupun jasad tak lagi berada di tempat itu, tidak pula ada dalil tentang keutamaan khusus berdoa di tempat meninggalnya orang shalih. Dikhawatirkan, terjadi pengeramatan terhadap pohon sebagaimana yang sering terjadi dari zaman ke zaman dan di berbagai negeri.
Sedikit tambahan wawasan, konon di Jepang ada sebuah pohon Ginkyo raksasa yang berusia 1.000 tahun dengan tinggi 30 m dan diameter 7 m yang ditanam di depan Kuil Tsuruoka Hachimangu, di daerah Kanagawa. Pohon ini dikeramatkan karena menjadi saksi bisu dari suatu pembunuhan penting yang terjadi pada era Kamakura. Meskipun akhirnya pohon Ginkyo tersebut tumbang didera badai Sayonara.
Di Bali juga ada sebuah pohon Pule berusia ratusan tahun yang dikeramatkan di area Pura Beji Pudak Harum, Gianyar. Kini pohon itu juga telah tumbang karena tiupan angin kencang.
Kita sering mendengar banyak pohon yang dikeramatkan; menjadi tempat permohonan, mencari wangsit, dan menjadi tempat pemujaan. Tampaknya, pohon menjadi salah satu tempat favorit setan untuk menarik manusia kepada kesyirikan.
Pada era dakwah Islam pertama, kita mengenal berhala yang sangat populer setelah Latta, yakni berhala yang disebut dengan nama ‘Uzza. Jangan disangka ‘Uzza itu berupa patung manusia atau dewa. ‘Uzza adalah pohon yang dikeramatkan orang-orang musyrikin Arab. Bentuk mengeramatkannya adalah dengan membuat bangunan yang mengelilingi ketiga pohon keramat tersebut. Mereka memuja pohon tersebut dengan memberinya kelambu dan menghiasinya dengan berbagai tali dan kapas. Seperti yang tersebut dalam Fathul Majid li Syarh Kitab at-Tauhid, karya Abdurrahman Alu Syaikh.
Setan menghiasi tempat tersebut dengan kejanggalan, keanehan, dan mensugesti pengunjungnya dengan bersemayam di tempat itu. Disebutkan dalam Sunan an-Nasa’i, dari Abu At-Thufail, beliau bercerita:
“Ketika Rasulullah menaklukkan kota Mekah, beliau mengutus Khalid bin Walid ke daerah Nakhlah, tempat keberadaan berhala ‘Uzza. Akhirnya Khalid mendatangi ‘Uzza, dan ternyata ‘Uzza adalah tiga buah pohon Samurah. Khalid pun lantas menebang ketiga buah pohon tersebut. Ketiga buah pohon tersebut terletak di dalam sebuah rumah. Khalid pun menghancurkan bangunan rumah tersebut. Setelah itu Khalid menghadap Nabi dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Nabi salallahualaihi wasallam bersabda, ‘Kembalilah! karena engkau belum berbuat apa-apa.’ Akhirnya beliau kembali. Tatkala para juru kunci ‘Uzza melihat kedatangan Khalid, mereka menatap ke arah gundukan yang ada di dekat lokasi tersebut sambil berteriak, “Wahai ‘Uzza, wahai ‘Uzza!” Khalid akhirnya mendatangi gundukan, ternyata ‘Uzza itu berbentuk perempuan telanjang yang mengurai rambutnya. Ketika itu dia sedang menuangkan debu ke atas kepalanya dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Khalid pun menyabetkan pedang ke arah jin perempuan ‘Uzza sehingga berhasil membunuhnya. Setelah itu Khalid kembali menemui Nabi dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Lalu Nabi bersabda:
“Ya, itulah (setan) ‘Uzza.” (HR. Nasa’i, Sunan Kubra no. 11547, jilid 6 hal. 474, terbitan Darul Kutub Ilmiyyah Beirut, cetakan pertama 1411 H).
Begitulah, Khalid bin Walid menghancurkan Uzza dan menebang pohon-pohonnya atas restu dari Nabi demi mencegah kemusyrikan. Sebagaimana Nabi juga pernah menegur dengan keras tatkala beberapa sahabat kesengsem dengan pohon Dzaatu Anwath yang dikeramatkan orang-orang musyrik.
Demi Mencegah dari Kemusyrikan
Dzatu anwath adalah pohon yang dipergunakan orang musyrik untuk menggantungkan senjata-senjata mereka supaya bertuah dan sakti.
Abu Waqid al-Laitsi berkata, “Dahulu kami berangkat bersama Rasulullah keluar menuju Khaibar. Lalu, beliau melewati pohon orang musyrik yang dinamakan Dzatu Anwath. Mereka menggantungkan senjata mereka. Lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath (tempat menggantungkan senjata) sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.” Rasulullah menjawab:
“Subhanallah! Apa yang kalian katakan itu seperti perkataan kaumnya Musa, ‘Jadikanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan.’ (QS. Al-A’raaf: 138). Demi Dzat yang jiwaku berada ditangaNya, Kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian.” (HR Tirmidzi, shahih).
Khalifah Umar bin Khattab radiallahuanhu juga pernah memutuskan untuk menebang pohon bersejarah, tempat di mana Baiatur Ridhwan terjadi. Karena beliau melihat kecenderungan beberapa orang yang mulai mengeramatkan pohon tersebut.
Disebutkan dalam kitab al-Bida’ yang ditulis oleh Ibnu Waddhah, “Aku mendengar Isa bin Yunus mengatakan, “Umar bin Al-Khathtab radiallahuanhu memerintahkan agar menebang pohon yang Nabi salallahualaihi wasallam menerima baiat (Baiatur ridhwan) kesetiaan di bawahnya (dikenal dengan pohon Syajaratur ridhwan). Ia menebangnya karena banyak manusia yang pergi ke sana dan shalat di bawahnya, lalu hal itu membuatnya khawatir akan terjadi fitnah (kesyirikan) terhadap mereka.”
Semoga Allah menjaga umat ini dari kesyirikan yang nyata maupun yang tersembunyi. Aamiin. (Abu Umar Abdillah).