Duel Menegangkan Antara Dua Ahli Pedang
Penggalian parit akhirnya selesai dalam waktu enam hari. Kondisi Madinah makin mencekam, anak-anak dan wanita diungsikan ke benteng milik Bani Haritsah, benteng paling kokoh saat itu. Pasukan Muslim mulai menyiapkan fisik dan mental mereka untuk menyambut pasukan Quraisy dan sekutu yang mulai tampak di kejauhan.
Pasukan musuh mulai berdatangan bak air bah. Dari arah selatan Madinah terdiri dari pasukan Quraisy, Kinanah, dan sekutu mereka dari penduduk Tihamah. Jumlah mereka sebanyak 4000 prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan. Sedangkan dari arah timur, pasukan dari kabilah-kabilah Ghatafan. Total jumlah mereka mencapai 10 ribu prajurit. Jumlah ini melebihi jumlah pasukan Muslim yang hanya 3000 prajurit, bahkan melebihi jumlah seluruh penduduk Madinah termasuk wanita dan anak-anak.
Tidak berapa lama pasukan gabungan (Ahzab) tiba, mereka ingin segera bertempur dan melumat pasukan Muslim. Seketika itu mereka dikejutkan dengan parit yang menghadang dan memisahkan mereka dari pasukan Muslim. Mereka bingung karena belum pernah menjumpai siasat pertahanan seperti itu. Karenanya mereka hanya berputar-putar dekat parit dengan amarah yang memuncak tanpa bias melakukan apapun.
Dengan terpaksa, pasukan Ahzab memutuskan untuk berkemah mengepung Madinah. Keputusan ini diambil meski mereka tak memiliki persiapan untuk berkemah dalam waktu yang lama. Ketika itu cuaca sangat dingin di tengah terpaan badai yang terus menerus. Lambat laun keputus asaan mulai merasuk kedalam hati mereka. Banyak di antara mereka yang memilih untuk kembali ke rumah masing-masing.
Pasukan Ahzab terus bergerilya mencari celah untuk melompati parit. Hingga sejumlah ahli berkuda Quraisy, di antaranya Amr bin Abdi Wadd, Ikrimah dan lainnya berhasil melompati jarak lompat yang lebih sempit. Beberapa orang berhasil menyeberangi parit, Merekapun menantang pasukan Muslim untuk perang tanding.
Amr bin Abdi Wadd, seseorang yang dikenal berani dan tak pernah sekalipun kalah dalam duel satu lawan satu, dengan sombongnya menantang pasukan Muslim, “Siapa yang berani melawanku? Apakah kalian semua takut padaku?”
Ali bin Abi Thalib menjawab tantangan tersebut, keduanya kini saling berhadapan. “Siapakah engkau?” Tanya Amr.
“Aku adalah Ali bin Abi Thalib.”
“Wahai anak saudaraku… Sesungguhnya ayahmu adalah teman dekatku, maka kembalilah! Aku tak ingin membunuhmu,” kata Amr.
Ali pun berujar, “Hai Amr, aku mendengar bahwa kau telah bersumpah. Kalau kau diberi dua pilihan, maka kau akan memilih salah satunya.”
“Benar.”
“Maka aku akan memberikan dua pilihan padamu, pilih salah satunya, Pertama, engkau mengucapkan dua kalimat syahadat.”
“Aku datang untuk memerangi Muhammad, bukan untuk masuk Islam.”
“Kalau begitu, pilihan yang kedua, aku akan membunuhmu.”
Perkataan Ali membuat Amr naik pitam, selama hidupnya tidak pernah ada yang menantangnya. Dengan cepat, Amr turun dari kuda dan menyerang Ali. Hantaman pedang Amr berhasil ditangkis dengan perisai, namun perisai Ali langsung terbelah.
Semua pasukan Muslim tegang, mereka tidak bisa melihat apa yang terjadi, tertutup oleh debu-debu dan pasir yang beterbangan di sekitar dua orang yang sedang duel tersebut. Setelah lama berselang, dari balik tebalnya gumpalan debu terdengar teriakan takbir, “Allahu Akbar!”
Teriakan itu didengar Rasulullah sehingga beliau tahu bahwa Ali bin Abi Thalib telah membunuh lawannya. Rasulullah langsung menyambut dengan pekikan takbir Para sahabat pun turut bertakbir. Tubuh Amr roboh di balik gumpalan debu. Terbunuhnya Amr membuat pasukan Ahzab panik. Mereka ketakutan. Ikrimah bin Abi Jahal lari tunggang langgang meninggalkan tombaknya.
Oleh: Redaksi/Kisah Sahabat
Baca Kisah yang Ini Juga: Milyarder Mulsim yang Membuat Iri Kaum Muslimin, Dia Ingin Memiliki Nyawa Sebanyak Jumlah Rambutnya
Ingin berlangganan Majalah Islami yang bermutu dan nyaman dibaca? Hubungi Keagenan Majalah ar-risalah terdekat di kota Anda, atau hubungi kami di nomer: 0852 2950 8085