Balasan Sempurna Bagi Orangtua Yang Meninggal Buah Hatinya
Istri positif hamil! Sebuah kabar gembira tiada terkira untuk seorang suami. Apalagi bagi pengantin baru atau pasangan yang telah sekian lama menunggu hadirnya si buah hati. Dengan kabar gembira ini, keduanya pun mulai berangan-angan tentang kebahagiaan yang akan menghiasi kehidupan keduanya, 9 bulan kemudian. Perdebatan kecil nan mesra seputar apakah nantinya yang akan lahir seorang putri jelita atau pangeran tampan yang mempesona, ikut meramaikan suasana dan menambah kehangatan kehidupan berumah tangga. Partikel-partikel kebahagiaan berkilau beterbangan bak permata. Senyum pun terulas, mata mengerjap dan setitik airmata syukur luruh bersama puja dan puji kehadirat-Nya atas anugerah yang teramat mulia.
Akan tetapi dunia, tak selalu selaras dengan apa yang diinginkan manusia. Berputar, menggilir waktu dan nasib. Siang berganti malam, sehat berganti sakit dan bahagia berganti duka dan lara. Kebahagiaan yang tengah dirasa, anugerah yang tengah diimpikan dan didoakan setiap malamnya, harus retak, pecah dan berganti nestapa merobek jiwa. Janin dalam kandungan, tak diberi kesempatan membuka kelopak mata, menatap kemilau dunia dan bertukar pandang dengan dua wajah yang sangat menantikan kehadirannya. Atau ia telah lahir, tapi Yang Mahakuasa tak memperkenankannya berlama-lama di alam fana. Ia pun pergi dengan tenang dengan jiwa yang suci, meninggalkan semua tangis yang seakan berusaha mencegahnya. Kuasa-Nya, siapapun tak akan mampu menolaknya.
Baca Juga: Ziarah Kubur, Mengingat Mati Melembutkan Hati
Jiwa yang lemah akan berteriak memberontak, “Kenapa Kau timpakan semuanya pada kami berdua?! Dan Mengapakah harus kami yang menanggungya?! Kenapa harus putra yang pertama, yang telah kami tunggu sekian lama?!”
Rasa kecewa, sedih, marah, dan putus asa mengguncang tulang-tulang rusuk, menggetarkan dada. Iman dan ilmunya terlalu lemah dan tak mampu membangun benteng kesabaran yang bisa menahan lahar panas kesedihan.
Sedang jiwa yang selalu tersiram segarnya ilmu dan iman, akan tertunduk pasrah. Ilmunya akan menasehati bahwa semua yang ada adalah milk-Nya. Sedari awal kita memang tak punya apa-apa, lalu dikarunai, dipinjami, menikmati kemudian diminta kembali. Imannya akan memberi wejangan, keputus asaan dan pemberontakan adalah kebodohan dan kedurhakaan.
Jiwa pun kembali tenang dan mencoba mencari makna dan hikmah dari apa yang telah hilang dengan menyelami sabda Rasulul Musthafa,
” Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya janin yang gugur akan menarik tangan ibunya dengan tali pusarnya menuju jannah, jika sang ibu berharap (ridha) dari Allah. (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad).
Baca Juga: Memanah, Hiburan yang Mengantarkan Ke Jannah
” Barangsiapa yang memiliki dua anak kecil yag meninggal dari umatku, niscaya Alalh akan memasukkannya ke dalam Jannah.” Aisyah berkata, ” Lantas bagaimana dengan orang yang memiliki seorang anak (lalu meninggal)?” Nabi menjawab, ” Dan orang yang memiliki seoang anak, wahai wanita yang diberi taufik. ” (Hadits hasan riwayat Imam at Tirmidzi).
Ya Allah anugerahkanlah kepada kami yang terbaik dari sisimu. Karuniakanlah syukur saat kami bahagia, dan berikanlah kesabran saat kami dirundung nestapa.
Pingback: Majalah Islam Arrisalah|Majalah Muslim Arrisalah