Istri Shalihah pendukung Dakwah
Menjelang kenabian, Nabi suka berkhalwat (menyendiri) merenung dan berpikir. Dipilihlah gua Hira untuk melepas segala kesibukan dunia dan pergaulan dengan manusia. Beliau menghabiskan waktunya untuk bermunajat kepada sang pencipta semesta.
Pertama kali wahyu turun kepada Rasulullah adalah berupa mimpi yang benar. Kemudian beliau suka berkhalwat. Beliau bertahanus beberapa malam tertentu. Sebelum merasa rindu kepada keluarganya, beliau mengambil perbekalan kemudian pulang dan mengambil perbekalan. Hingga suatu ketika Rasulullah didatangi malaikat jibril seraya berkata, ‘Iqra, bacalah.” Aku tak bisa membaca.” Lalu malaikat jibril memegang dan mendekap beliau.
Malaikat jibril mendesak Nabi berulang-ulang hingga membuatnya payah dan tak berdaya. Rasulullah pun menerima wahyu dalam keadaan sulit dan berat.
Baca Juga: Nikmatnya Beribadah Bersama Keluarga
Meskipun beliau adalah orang yang paling gagah berani dan paling kuat hatinya, tetap saja hal itu merupakan hal yang berat. Sebab, interaksi tersebut bukan perbincangan biasa tetapi perbincangan malaikat yang membawa firman Allah agar diterima oleh orang pilihan-Nya untuk membawa dan menyampaikan kepada ummatnya.
Kita lihat bagaimana kondisi Khadijah, sang istri, ketika suaminya pulang dalam keadaan gemetar ketakutan sambil mengatakan, “selimuti aku, selimuti aku.” Ia pun menyelimuti suaminya tanpa banyak bertanya hingga suaminya tenang dan hilang rasa takutnya. Setelah tenang, Rasulullah pun mulai bercerita, “aku takut sekali pada diriku.” Ia tenangkan suaminya dengan kelebihan yang ada padanya. Ia katakan dengan sepenuh keyakinan sebagai bentuk dukungan, “Tidak, demi Allah, Allah tidak akan merendahkanmu selamanya. Engkau suka menyambung silaturahim, menanggung beban, suka memberi kepada orang yang tak berpunya, suka memuliakan tamu, dan membantu orang yang terkena musibah.”
Sikap khadijah menunjukkan kekuatan hatinya. Ia tak ikut panik melihat kondisi suaminya bahkan menghadapi dengan tenang. Ia tak memaksa suaminya bercerita. ia tunggu suaminya tenang dan menceritakan sendiri kondisinya. Dalam hal ini, ibunda khadijah menunjukkan kelasnya sebagai isri dengan pengetahuan yang luas.
Syaikh al-Hamudi dalam Tarikh al-Islami mengungkapkan, Ibunda Khadijah telah melakukan perang penting dalam kehidupan Nabi karena memiliki kepribadian terpuji di tengah kaumnya. Ia memberi dukungan moral kepada beliau dengan kasih sayang, kemurahan hati, kebijaksanaan, keteguhan hati, dan akhlak mulia lainnya. Rasulullah pun telah diberi karunia oleh Allah berupa istri yang shalihah. Istri yang senantiasa mendukung suaminya untuk mencapai tujuan perjuangan.
Al-Bilali dalam Waqafat Tarbawiyah min Shiratin Nabawiyah juga menjelaskan, Khadijah adalah teladan terbaik bagi istri para dai. Seorang dai yang mengajak kepada Allah bukanlah seperti orang biasa yang jauh dari beban dakwah dan kesulitannya. Rasulullah adalah seorang pengemban risalah yang selalu risau ketika kehilangan umat, kerusakan tersebar, dan juga beban rumah tangganya. Beliau juga risau dengan apa yang menimpa kaum muslimin dibelahan bumi bagian timur dan barat, seperti kezaliman, kelaparan, dan penghinaan, Beliau merasakan apa yang mungkin menimpa para dai, seperti pengusiran, penyempitan ruang gerak, dan intimidasi. Selain itu, beliau adalah pembawa risalah yang wajib disampaikan kepada orang lain. Kewajiban itu membutuhkan pengorbanan waktu. Hingga harus mengorbankan saat istirahat dan kebersamaan dengan istri dan anak. Tidak hanya itu, pengorbanan harta dan kenikmatan dunia secara keseluruhan pun dibutuhkan selama itu berada di jalan Allah dan keridhaan-Nya. Meskipun beliau dikarunia istri yang memiliki akhlak, ketakwaan, kecantikan dan kedudukan, beliau tetap membutuhkan seorang istri yang mengetahui kewajiban dan kepentingan dakwah.
Baca Juga: Istri Bekerja Membantu Suami Memenuhi Kebutuhan Keluarga
Ia harus mengetahui dengan sempurna apa yang akan dilakukan suaminya dan beban apa yang akan dibawanya. Juga apa yang dapat membantunya saat ditimpa kesulitan. Ia berdiri disamping suaminya untuk meringankan urusan dan membantunya. Bukan sebaliknya, menjadi beban dan penghalang dalam perjalanan.
Istri shalihah memiliki peran dalam keberhasilan dakwah. Hal itu telah tampak jelas dalam peran Khadijah. Ia berdiri di samping Nabi saat beliau menerima wahyu pertama kali. Dan, tidak diragukan lagi bahwa istri shalihah yang disipkan untuk mengemban risalah seperti ini memiliki peran besar dalam keberhasilan suami dalam urusannya di kehidupan ini.
Dakwah kepada Allah adalah perkara terbesar yang diemban manusia maka apabila seorang dai dikaruniai istri shalihah yang sekufu dan sepadan, hal itu merupakan faktor keberhasilannya yang terpenting.
Benarlah sabda Rasulullah, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah istri yang shalihah.” (HR. Muslim). Wallahu a’lam (Redaksi/Keluarga/Istri)
Tema Terkait: Keluarga, Istri, Dakwah
.
Pingback: Milikilah Rasa Cemburu, Agar Cinta Abadi Selamanya
Pingback: Bila Rasa Bosan Dengan Pasangan Mulai Menjangkiti
Pingback: Majalah Islam Arrisalah|Majalah Muslim Arrisalah