Setelah Peperangan Uhud
Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menguburkan jasad korban uhud di tempat masing-masing menemui ajalnya, tanpa dimandikan. Jasad mereka dikuburkan beserta pakaian yang melekat dibalik baju besi mereka. Diatas liang kubur mereka, Rasulullah berkata:
“Aku menjadi saksi atas mereka, bahwa tidaklah ada yang terluka karena Allah melainkan Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat, lukanya berdarah, warnanya merah darah namun baunya adalah bau minyak kasturi.”
Imam Ahmad meriwayatkan, setelah orang-orang kafir Quraisy kembali, Rasulullah berkata kepada para sahabat, “Berbarislah yang lurus. Aku akan memuji Allah dan berdoa kepada-Nya.” Para sahabat pun berjajar membuat beberapa saf di belakang Rasulullah, lalu Rasulullah mendoakan korban Uhud.
Seusai mengubur dan mendoakan para syuhada Uhud, Rasulullah dan pasukan Muslim kembali ke Madinah. Di tengah perjalanan, pasukan Muslim berjumpa dengan seorang wanita dari bani Dinar, yang suami, saudara dan ayahnya terbunuh dalam perang Uhud. Setelah diberitahu bahwa orang-orang tersayangnya telah syahid, wanita tersebut bertanya, “Lalu apa yang terjadi pada diri Rasulullah?”
“Beliau baik-baik saja wahai ummu Fulan.” Jawab para sahabat.
“Tunjukkan padaku agar aku bisa memastikannya.” Pinta wanita tersebut. Setelah melihat dan memastikan bahwa Rasulullah baik-baik saja, wanita tersebut berkata, “Setiap musibah asal tidak menimpa Rasulullah, itu kecil.”
Lalu datanglah Kabsyah binti Rafi’, ibu dari Saad bin Muadz sambil berlari-lari, sementara Saad sedang memegang tali kekang kuda Rasulullah. Setelah mendekat, Saad berusaha menghiburnya. Namun, Ibu Saad berkata kepada Rasulullah, “Selagi kulihat engkau selamat wahai Rasulullah, maka musibah yang menimpa kuanggap ringan.”
Kemudian Rasulullah berkata, “Wahai Ummu Saad, bergembiralah dan sampaikanlah kabar gembira kepada keluarga yang ditinggalkan, bahwa mereka yang terbunuh dalam perang Uhud saling menyayangi di surga, dan mereka juga memintakan syafaat bagi keluarga mereka semua.”
“Kami ridha wahai Rasulullah. Siapakah yang masih ingin menangis setelah ini. Juga doakanlah bagi orang-orang yang menggantikan keluarga mereka wahai Rasulullah.”
“Ya Allah, singkirkanlah duka hati mereka, gantikanlah yang hilang dan baguskanlah orang-orang yang menggantikan mereka.” Doa Rasullah.
Sore hari di tanggal 7 Syawal tahun ketiga Hijriyah, Rasulullah dan pasukan Muslim tiba di Madinah. Sesampainya di Rumah, Rasulullah menyerahkan pedang kepada Fathimah seraya berkata, “Bersihkanlah darah di pedang ini wahai putriku. Demi Allah, ia telah memperlihatkan kehebatannya pada perang kali ini.”
Beberapa riwayat sejarah menyebutkan bahwa korban meninggal di pihak Muslim sebanyak tujuh puluh. Empat puluh orang dari bani Khazraj, dua puluh empat orang dari bani Aus, seorang dari kalangan Yahudi, dan empat orang dari Muhajirin. Sedangkan korban dari kaum kafir Quraisy sebanyak tiga puluh tujuh.
Malam harinya, meskipun suasana duka menyelimuti Madinah dan keadaan badan yang letih, Muslim Madinah tetap berjaga di luar dan dalam Madinah. Mereka berjaga-jaga bila sewaktu-waktu ada serangan terhadap Rasulullah.
Pingback: Majalah Islam Arrisalah|Majalah Muslim Arrisalah