Salah Duga
Adakalanya, kita tidak menyukai sesuatu, padahal sebenarnya hal itu baik bagi kita. Sebaliknya ada saatnya kita begitu menginginkan sesuatu padahal sesuatu itu buruk bagi kita. Allah Maha tahu apa yang terbaik untuk kita sementara kita hanya bisa menerka sementara kita seringnya hanya bisa menyangka dan menduga.
Kita tidak suka dicela. Bahkan meski perbuatan kita layak dicela. Jika kita mau mengambil pelajaran, ada kebaikan dalam celaan. Jika perbuatan kita memang tercela, celaan adalah bagian dari nasihat demi perbaikan. Jika berbuat baik tapi dicela, itu adalah kesempatan emas meraih keikhlasan. Cambuk penyemangat untuk meningkatkan kebaikan. Pujian kadangkala justru melalaikan dan mudah melunturkan keikhlasan.
Kita tidak suka miskin. Padahal banyak uang itu ujian. Bukan ujian yang ringan. Kita bisa berbuat banyak dengan uang, termasuk maksiat. Ada banyak maksiat yang tak bisa kita lakukan tanpa uang. Sejujurnya, seringnya kita tidak melakukan maksiat bukan karena tidak mau, tapi karena tidak mampu. Tidak punya uang. Kita sering mencela orang kaya yang berfoya-foya dan melanggar aturan-Nya padahal jika kekayaan kita setara, mungkin kita sedang sebangku dengan mereka. Saat dikasih miskin, mungkin Allah sedang menjaga kita dari nasib si kaya yang sedang dimurkai karena bermaksiat kepada-Nya.
Kita tidak suka jadi bawahan. Kita ingin punya jabatan, padahal setiap jabatan adalah beban. Di duni dan akhirat ada pertangungjawaban. Hanya sedikit yang mampu amanah dan selamat dan lebih banyak yang celaka karena khianat. Kekuasaan itu seperti pohon, semakin tinggi semakin rapuh dan semakin sakit jika jatuh. Saat Allah menempatkan kita di bawah, di tanah, syukurilah karena sekeras apapun kita jatuh, tidak akan lebih tinggi dari panjang kaki kita.
Baca juga : Memberi Sebelum Diminta
Kita tidak suka wajah jelek. Sama, wajah rupawan itu sarat godaan. Ada banyak peluang maksiat yang hampir sama sekali tertutup bagi mereka yang berwajah buruk. Bukankah ini mengerikan? Bukankah dikaruniai wajah tak rupawan, dalam hal ini, justru menguntungkan?
Jika Allah memberi yang tidak kita suka, tanyalah pada diri sendiri, “Mengapa dan ada hikmah apa di baliknya?” langkah selanjutnya adalah mencoba menerima, memperbaiki jika memang ada yang salah dan cela, lalu bersyukur karena semua takdirnya pada hamba beriman pastilah baik dan bijaksana. Dengan begitu, semoga kita selalu bisa memahami hakikat yang ingin Allah karuniakan pada kita. Wallahua’lam. (aviv)
Pingback: Seperti Bijaksana - arrisalah