Siapa Yang Intoleran?
Toleransi dalam tubuh Islam sudah menjadi watak aslinya, bukan sifat baru yang ditambahkan. Sejak kedatangan Islam yang awal di kota Makkah, Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam tidak membawa Islam dengan gaya intoleran. Nabi tidak mendakwahkan Islam dengan pedang, tidak menghusung para sahabatnya yang baru saja masuk Islam untuk mengangkat senjata untuk membasmi kekafiran di Makkah.
Meski dihina, dilukai, diusir, bahkan rencana pembunuhan telah disepakati dan dijalankan, Nabi tetap tidak melawan dengan pedang, tapi melakukan hijrah berpindah dari negri yang penduduknya belum bisa dibuka dengan kelembutan menuju negri yang penduduknya sudah siap menerima dakwah Nabi, beriman dan menolong Nabi dengan segala konsekwensinya.
Hari ini, bumi pertiwi menjadi saksi. Kita mengetahui, bahkan setiap manusia di dunia ini yang mendengar berita Indonesia akan tahu kalau penduduknya sebagian besar beragama Islam.
Bagaimana Islam bisa mendominasi?, apakah pernah ribuan tentara dari kekalifahan Islam yang awal (Abu Bakar radhiallahu’anhu) hingga kekhalifahan terakhir Turki Utsmani datang dengan senjata merangsek Nusantara memporak porandakan bangunan, membunuh penduduknya dengan membabi buta dan memaksa mereka untuk memeluk Islam!?, kalau pernah, maka benar bahwa Islam tidaklah toleran. Namun tidak ada catatan sejarah yang merekam tentara Islam masuk untuk memerangi penduduk Nusantara. Inilah bukti yang otentik bahwa toleransi merupakan watak asli Islam.
Sebaliknya orang kafir baik ahlu kitab maupun kafir musyrik yang pernah menjajah Nusantara ini sangatlah intoleran terhadap penduduknya, mereka mengambil hasil terbaik buminya, mempekerjakan rakyat Nusantara dengan paksa, hingga memaksa untuk pindah agama.
Namun penduduk Nusantara tidak mau terhina dengan menuruti gaya penjajah yang intoleran, justru semakin benci terhadap agama yang dibawa dan tidak mau mengikutinya. Hingga terbukti hari ini siapa yang terbanyak pemeluknya. Lihat juga hari ini pada setiap wilayah Islam yang dijajah oleh orang kafir, bagaimana keadaan buminya, bagaimana keadaan wanita dan anak anaknya, jangan ditanyakan bagaimana keadaan lelaki dewasanya!
Aneh memang kalau hari ini kemudian manusia mengatakan bahwa Islam agama yang tidak memberikan toleransi kepada pemeluk agama lain, sebagai contoh, kejadian beberapa bulan yang lalu, beritanya sampai di media internasional bahkan menjadi berita utama, mereka memberitakan perampasan makanan dan penutupan warung makan di bulan Ramadhan?, Bukti bahwa Islam tidak toleran terhadap penduduk minoritas. Padahal kejadian sebenarnya tidaklah selaras dengan judul pemberitaanya, penuh rekayasa dan sekenario.
Tidak pernah mereka memberitakan bagaimana Umat Islam di Bali bila datang hari Nyepi, tidak pernah mereka memberitakan bagaimana adzan menjadi silent –tak bergema- di beberapa belahan daerah nusantara ini, tidak pernah mereka mempermasalahkan perda di Papua yang melarang berjualan pada hari Minggu karena dikhususkan untuk Kebaktian di gereja. Siapa yang intoleran?! Islamkah atau pemeluk agama selain Islam?.
Ini Nash asli toleransi dari sumber utama ajaran Islam, Al Qur’an Al Karim dan praktek penjelas dari Hadits Nabi yang shahih :
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9)
Asma` binti Abu Bakr radliallahu ‘anhuma dia berkata; “Ibuku datang pada masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ia menemuiku dalam keadaan mengharapkan baktiku, lalu saya bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Apakah saya boleh berhubungan dengannya?” beliau menjawab: “Ya.” Ibnu ‘Uyainah lalu berkata; “Kemudian Allah Ta’ala menurunkan ayat Allah tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangi agama kalian..” (QS Al Mumtahanah: 8)
Ada yang lebih membahayakan dari media kafir yang selalu memberitakan stigma negatif syariat Islam, para liberalis yang mengaku muslim, kelakuan dan ucapannya salah dalam memahami toleransi Islam, karena memang pahamnya liberal, bebas, maka toleransi pun diberlakukan bebas masuk disetiap sisi, bahkan dalam peribadatanpun mereka menghasut untuk diperlakukan toleransi.
Islam memiliki prinsip toleransi dengan agama lain yang sangat jelas dan tidak butuh keterangan tambahan, yaitu pada Firman Allah, “lakum dinukum waliyadiin.” Bagi kalian agama kalian dan bagiku agamaku.
Kami tidak mengganggu ibadah dan perayaan kalian dan kami juga tidak ikut serta, berpartisipasi dan bahkan berlepas diri dari apa yang kalian lakukan. Kami tetap dengan keyakinan kami dan tidak akan pernah meninggalkannya dan tidak akan pernah masuk ke dalam agama kalian.
Masihkan terpikir oleh akal yang sehat bahwa peraturan Islam, syariat Islam intoleran?, sekali kali tidak, Allah Rabbul ‘aalamin, al Hakiim, al ‘Aliim yang menciptakan langit dan bumi beserta apa yang ada diantara keduanya dengan serasi, indah dan teratur tidak mungkin memiliki hukum yang intoleran, akan tetapi setiap hukum dan syariatNya pasti adil dan bijaksana, tidak merugikan dan mendzalimi makhluk makhluk ciptaanNya. Wallahua’lam bis shawab.
Pingback: Menghendaki Tradisi Jahiliyah - arrisalah
Pingback: "Urus Saja Dirimu Sendiri!", Kalimat Penghambat Nahi Mungkar