Islam: Nama dan Esensi
فَدِيْنُ اللهِ فِي اْلأَرْضِ وَالسَّمَاءِ وَاحِدٌ، وَهُوَ دِيْنُ اْلإِسْلاَمِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ الله الإِسْلامُ وَقَالَ تَعَالَى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
Agama Allah di bumi dan di langit itu satu, yakni agama Islam. Allah berfirman, “Sesungguhnya agama di sisi Allah itu Islam” (Ali ‘Imran: 19). Juga, “Dan aku telah ridha Islam sebagai agama kalian.” (Al-Maidah: 3)
Yang dimaksud oleh Abu Jakfar ath-Thahawiy dengan ungkapan beliau, “Agama Allah di bumi dan di langit,” adalah agama yang diridhai oleh Allah di bumi dan di langit. Di bumi, agama manusia banyak ragamnya. Ada yang bikinan manusia sendiri; dan ada pula yang semula diajarkan oleh para Nabi—datang dari Allah, tetapi meski sudah dinyatakan “kadaluwarsa” oleh Allah, sebagian orang masih menganutnya. Hanya ada satu yang diizinkan oleh Allah untuk dianut. Yakni Islam, yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Siapa saja yang ingin selamat dunia akhirat dan terhindar dari siksa api neraka serta dimasukkan ke dalam surga, hendaklah ia berpegang teguh kepada Islam sampai akhir hayatnya.
“Dan janganlah kamu mati kecuali sebagai muslim.” (Ali ‘Imran: 102)
“Barangsiapa mencari selain Islam sebagai agama, niscaya tidak akan diterima; dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran: 85)
Di langit, agama yang dianut oleh para malaikat pun Islam. Allah berfirman,
“Mereka (para malaikat itu) takut kepada Rabb mereka dari atas mereka. Dan mereka mengerjakan apa pun yang diperintahkan kepada mereka.” (An-Nahl: 50)
Islam Nama Islam Esensi
Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad saw adalah Islam secara nama dan esensi. Sedangkan islamnya para malaikat adalah Islam esensi. Sama seperti islamnya para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad. Keislaman mereka semua diakui oleh Allah. Keislaman mereka adalah Islam esensi. Esensi Islam yang merupakan agama langit dan bumi adalah kepasrahan, ketundukan, dan ketaatan kepada Allah. Allah berfirman,
“Ibrahim itu bukanlah Yahudi atau Nasrani, akan tetapi ia adalah seorang yang hanif dan muslim.” (Ali ‘Imran: 67)
Nabi Ibrahim seorang muslim bukan dalam pengertian mengucapkan dua kalimat syahadat seperti yang kita ucapkan, mengerjakan shalat lima waktu seperti yang kita kerjakan, menjalankan puasa Ramadhan seperti kita, membayar zakat seperti kita, dan menunaikan haji seperti kita. Bukan seperti itu. Nabi Ibrahim adalah muslim dalam pengertian beliau adalah seorang nabi yang diutus oleh Allah dan beliau taat, tunduk, dan patuh kepada Allah. Beliau mentauhidkan Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Islam adalah istislam (pasrah) kepada Allah dengan bertauhid dan tunduk taat kepada-Nya. Esensi inilah yang dibawa dan diajarkan oleh semua nabi, mulai dari Adam, Nuh, Musa, Ibrahim, ‘Isa, dan agama semua rasul.
Rasulullah saw bersabda,
“Para nabi adalah saudara-saudara se-‘illat. Ibu mereka berbeda-beda. Agama mereka satu.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lain)
Saudara-saudara se-‘illat maksudnya adalah saudara dengan ibu yang berbeda-beda. Meskipun ibu mereka berbeda-beda, namun agama mereka satu. Meskipun syariat mereka beragam, tetapi tauhid mereka adalah satu. Yakni mengesakan Allah dalam ibadah.
BACA JUGA: Islam Harga Mati Yang Lain Bisa Terganti
Islam adalah agama semua Nabi dan para pengikut mereka. Setiap Nabi menyeru kaumnya untuk esensi ini. Semua orang yang mengikutinya secara esensial adalah muslim, baik ia dari kalangan umat Nabi Muhammad atau pun bukan. Orang itu adalah orang yang pasrah kepada Allah dengan tauhid dan tunduk dengan ketaatan. Agama para nabi satu, syariatnya berbeda-beda disesuaikan oleh Allah dengan kebutuhan manusia pada masa masing-masing. Allah berfirman,
“Untuk masing-masing telah Kami jadikan syariat dan manhaj.” (Al-Maidah: 48)
Islam adalah agama para Nabi, karena pokoknya satu, mentauhidkan Allah dalam uluhiyah, rububiyah, dan asma wa shifat, iman kepada para nabi, memuliakan para nabi, mengagungkan perintah dan larangan Allah. Inilah agama Islam.
Semua Nabi diutus oleh Allah untuk membawa ajaran tauhid, iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada para rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir. Semua nabi melarang dari perbuatan syirik. Semua nabi memerintahkan taat kepada Allah dan rasul-Nya. Adapun syariat yang menggambarkan ketaatan seorang hamba kepada Allah, maka berbeda-beda.
Misalnya, syariat untuk nabi Adam. Diperbolehkan bagi anak-anak Adam menikahi saudara perempuan, selama saudara perempuan itu bukan saudara kembarnya. Setelah manusia smakin banyak, barulah diharamkan menikahi saudara kandung. Juga, dalam syariat Nabi Ya’qub, masih diperbolehkan menjadikan dua orang perempuan kakak-adik untuk dinikahi oleh seorang laki-laki hal mana yang seperti itu diharamkan bagi umat Nabi Muhammad saw.
Pokok agama ini adalah syariat Allah bagi hamba-hamba-Nya. Pondasinya adalah wahyu, bukan akal atau logika—meskipun banyak perkara yang disyariatkan-Nya masuk akal dan logis akan mendatangkan kemaslahatan.
Islam Nama dan Esensi
Allah menetapkan syariat untuk seorang Nabi yang sesuai dengan kaumnya dan kemaslahatan mereka. Syariat tersebut berlaku sampai tidak mendatangkan maslahat lagi sehingga Allah menghapusnya dan menggantinya dengan syariat baru. Maka, barangsiapa yang berpegang kepada agama seorang Nabi sebelum dinasakh, ia adalah muslim. Namun setelah datangnya nasakh, ia harus meninggalkan agama Nabi yang telah dinasakh tersebut. Sebab, agama itu menurut Allah sudah tidak selaras dengan zaman Nabi sesudahnya.
Esensi Islam yang bernama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah agama yang menasakh seluruh ajaran Nabi sebelum beliau. Maka, tidak ada agama yang diterima oleh Allah setelah diutusnya Nabi Muhammad selain agama yang beliau bawa dan ajarkan. Agama Islam berlaku untuk seluruh umat manusia, sepanjang zaman sampai datangnya hari Kiamat.
Islam adalah satu-satunya agama yang diterima oleh Allah sejak diutusnya Nabi Muhammad. Siapa pun yang enggan untuk berpegang teguh kepada Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, keislaman lamanya tidak akan diterima oleh Allah. Allah berfirman,
“Sesungguhnya agama di sisi Allah itu Islam” (Ali ‘Imran: 19)
Keluar Semudah Masuk
Untuk masuk Islam dan belajar Islam tidaklah sulit. Bahkan mudah sekali. Siapa pun hanya perlu waktu yang pendek sekali. Dan begitu pula jika seseorang hendak keluar dari Islam. Tidak perlu waktu yang panjang. Ini sama sekali bukan anjuran untuk keluar dari Islam. Ini justru untuk memperingatkan bahwa bahkan tanpa disadari oleh seseorang sekalipun, bisa saja ia telah meyakini, mengucapkan, atau melakukan perbuatan yang dapat mengeluarkannya dari Islam.
Tentang mudahnya seseorang mempelajari Islam, adalah utusan yang menghadap Nabi Muhammad saw hendak masuk dan mempelajari Islam, ia menemui Nabi saw sebentar dan berbincang-bincang sebentar dengan beliau, maka tak seberapa lama kemudian ia telah menjadi muslim dan mengetahui prinsip-prinsip ajaran Islam. Memang untuk mengetahui sampai detail, seseorang butuh waktu yang lama. Namun, tidak setiap muslim dituntut mengetahui detail Islam.
Seseorang cukup memahami secara global, mengetahui tata cara ibadah sehari-hari yang benar, lantas jika ia menghadapi suatu persoalan yang belum diketahuinya ia dapat bertanya kepada yang ahli.
Tentang mudahnya seseorang keluar dari Islam, jika seseorang meragukan kebenaran satu perkara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, atau mengingkarinya, atau menolaknya, maka ia telah kafir.
Jika keraguan, pengingkaran, atau penolakan itu dinyatakannya, maka ia telah kafir lahir batin. Sedangkan jika hal itu hanya dibatinnya, maka ia telah kafir hatinya, meskipun secara lahir ia disikapi sebagai seorang muslim. Wallahu a’lam.
Pingback: Kalau Hanya Tauhid Rububiyyah, Abu Jahal Pun Bisa Melakukannya