Pertolongan Pertama dengan Ruqyah
أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“Aku berlindung kepada Allah dan kekuatan-Nya, dari keburukan rasa sakit yang aku rasakan dan –akibat buruk- yang aku khawatirkan.”
Ini adalah salah satu ta’awudzat yang diajarkan oleh Nabi. Fungsinya sebagai ruqyah jika ada bagian tubuh yang terasa sakit. karena ruqyah bukan hanya berfungsi untuk mengusir jin (kesurupan) tapi juga sebagai obat ilahiyah untuk mengobati penyakit. Dalam riwayat yang masyhur, saat disengat kalajengking, seorang shahabat memberikan pertolongan pertama (first aid) dengan ruqyah surat al fatihah.
Nah, doa ini diajarkan Nabi kepada shahabat Utsman untuk meruqyah rasa sakit yang dikeluhkan. Kita simak riwayat lengkapnya;
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِى الْعَاصِ الثَّقَفِىِّ أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَجَعًا يَجِدُهُ فِى جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِى تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ. ثَلاَثًا. وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ ».
Dari Utsman bin Abu al Ash ats Tsaqafi, beliau mengadukan kepada Rasulullah rasa sakit yang ia rasakan semenjak masuk Islam. Nabi pun bersabda, “Letakkan tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit lalu ucapkan “Bismillah” tiga kali lalu ucapkan sebanyak tujuh kali “Audzubillahi wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhadziru.” (Aku berlindung kepada Allah dan kekuatan-Nya dari keburukan rasa sakit yang aku rasakan dan –akibat buruk- yang aku khawatirkan.” (HR. Muslim) –dalam riwayat lain Utsman menambahkan, “lalu aku laksanakan dan Allahpun menyembuhkanku, seterusnya aku selalu menghimbau keluargaku dan orang-orang yang mengikutiku untuk mengamalkannya. (HR.at Tirmidzi)
Di dalam Kitab Faidhul Qadir, I/366 dijelaskan, mengapa disuruh meletakkan tangan di atas bagian yang sakit? penulis menjelaskan itu menandakan sunahnya membaca kalimat tersebut meski sakit yang dirasakan tidak parah. Al alam atau rasa sakit, seperti yang dijelaskan Imam ar Raghib memang bermakna “sakit parah”. Tapi jika makna itu yang dimaksud, maka ada pembatasan bahwa doa ini hanya disyariatkan untuk sakit yang parah, bukan yang ringan.
Jadi saat merasa sakit pada suatu bagian tubuh, kita baca basmalah, lalu usap bagian tubuh yang sakit sambil membaca doa ini. Caranya, tempelkan telapak tangan –sebaiknya tangan kanan- atau usapkan pada bagian yang sakit sembari membaca doa ini sebanyak tujuh kali. Jadi, tujuh kali doa dengan tujuh kali usapan, sebagai mana dijelaskan dalam referensi diatas. Dan, doa ini bisa juga digunakan untuk meruqyah anak kecil yang belum mampu menghafal doa.
Masih dalam kitab yang sama dijelaskan, doa ini adalah ath thib al ilahi, pengobatan ilahiyah. Ampuh tidaknya sangat dipengaruhi keyakinan dan kejujuran hati untuk benar-benar bergantung pada Allah. Keyakinan akan membuahkan keikhlasan dalam mengharap pertolongan dari Allah. Dan keikhlasan akan memudahkan turunya pertolongan. Allah maha berkuasa untuk menghilangkan sakit, sebagaimana Allah juga berkuasa untuk mendatangkannya. Sangat mudah bagi Allah untuk menghilangkan sakit yang kita rasakan, dengan atau tanpa perantara obat atau pijat.
Kandungan makna
Dari segi lafadz, doa ini cukup simple hingga mudah dihafal. Tapi dari sisi makna, doa yang diajarkan Nabi senantiasa mengandung makna yang sangat mendalam. Coba kita telisik lebih detail.
Dalam hadits di atas, Nabi memerintahkan untuk memulai dengan basmalah sebanyak tiga kali. Ucapan basmalah disunahkan dalam berbagai urusan. Nabi bersabda, “ Segala hal yang baik, yang tidak dimuali dengan basmalah akan menjadi tak bernilai.” (HR.)
“Aku berlindung kepada Allah” merupakan kalimat ta’awudz, permohonan perlindungan kepada Allah. Memohon perlindungan kepada sesuatu berarti menganggap atau meyakini sesuatu tersebut mampu melindungi dan jauh lebih kuat dari ancaman yang ada. Berlindung kepada Allah berarti meyakini bahwa kekuasaan Allah ada di atas segalanya. Dibanding kebesaran-Nya, sakit yang kita rasakan sangatlah remeh.
“Min syarri ma ajidu” secara makna artinya “dari keburukan –rasa sakit- yang aku rasakan”. Dalam gramatika Arab (nahwu), syarrun merupakan isim nakirah, yaitu bentuk kata yang menunjukkan makna general, umum. Sehingga, makna dari kata syarrun tersebut mencakup seluruh keburukan dari apa yang dirasa. Karena seringnya kita tidak mampu mengidentifikasi secara akurat apa sebenarnya rasa sakit yang muncul. Apakah cuma rasa sakit biasa atau gejala penyakit parah? Gejalanya mungkin cuma sakit pinggang, padahal ada gangguan pada ginjal, yang terasa cuma sedikit ngilu, padahal penyakit asam urat tengah mengancam.
Sedangkan kalimat “wa uhadzir” artinya “dan –akibat buruk- yang aku khawatirkan”. Saat merasakan sakit, pikiran akan menerka-terka, sakit apakah gerangan? kekhawatiran yang ‘tidak-tidak’ pun mucul. Adakah ini merupakan gejala awal penyakit ganas dengan segala dampak buruknya?
Saat merasakan sakit di telinga, muncul kekhawatiran, apakah akan berdampak buruk pada pendengaran? Atau seorang wanita misalnya, saat merasakan sakit di daerah dada, muncul kekhawatiran, adakah ini adalah gejala kanker payudara? Padahal kanekr adalah salah satu penyakit ganas yang sulit disembuhkan. Berbagai kekhawatiran akan muncul dan akan menguat jika sakit yang dirasakan semakin mengarah pada indikasi suatu penyakit.
Nah, dengan lafadz pilihan Nabi, ruqyah ini menjadi doa yang mencakup permohonan yang menyeluruh. Tidak hanya memohon perlindungan dan pertolongan dari keburukan rasa sakit yang diderita, tapi juga dari berbagai kekhawatiran dan dampak buruk yang dikhawatirkan terjadi.
Pemenuhan sunah kauniyah berupa obat atau pijat, memang tidak boleh dilupakan. Tapi sekali lagi, ruqyah ini bisa menjadi pertolongan pertama yang kita berikan saat sakit. Dengan begitu, kita akan terbiasa untuk langsung kembali kepada Allah jika merasakan sakit. Allahlah yang pertama kita ingat, baru kemudian obat atau pijat. Wallahua’lam. (anwar)
Pingback: Ruqyah, dengan Teknik Jin Catcher - arrisalah